Senja sedang asyik membaca buku ketika yang lainnya sibuk berkumpul dan sibuk dengan halnya masing-masing. Senja memang bukan anak yang senang brbaur dengan keramaian. Di saat seisi kelasnya mengajaknya untuk berkumpul dan bermain, Senja hanya akan menolaknya dan memilih untuk berdiam diri di tempat duduknya membaca buku.
Tak lama setelah itu, terdengar bunyi langkah kaki yang bersumber dari high heels-nya Nelly. Ia tampak membawa selembaran kertas di tangannya.
“Halo, Anak-anak Ibu. Kalian belajar apa sekarang?”
“Matematika, Bu,” jawab para siswa serentak.
“Bu Vita ke mana?”
“Sakit, Bu.”
“Udah minta tugasnya ke piket?” tanya Nelly.
“Udah, kok, Bu,” jawab Akbar yang merupakan ketua kelas XII MIPA 2.
“Oh, iya. Ini ada data yang harus kalian isi. Data pemilihan seleksi masuk perguruan tinggi. Khusus untuk SNMPTN, hanya siswa yang masuk pemeringkatan yang bisa mengikuti seleksi nasional masuk perguruan tinggi negeri. Sisanya yang lain bisa, harap diisi, ya,” jelas Nelly sembari menyerahkan selembaran kertas tersebut ke Akbar.
“Akbar, nanti antar ke meja Ibu, ya. Pak Bagas udah mintaa datanya. Paling lama istirahat kedua.”
“Siap, laksanakan, Bu,” jawab Akbar sambil memberi hormat.
“Ya sudah, jangan keluar kelas, ya,” ujar Nelly sembari melangkah keluar kelas.
Senja terdiam sejenak. Ia bingung harus berbuat apa. Fajar yang melihat Senja termenung pun segera menghampirinya. “Jangan bengong, entar kesurupan.”
“Gua harus gimana?”
“Ambil aja. Diterima atau enggak urusan belakangan.”
“Kalau gua diterima gimana?”
“Nanti kita cari jalan keluarnya sama-sama.”
***
Hari ini pendaftaran SNMPTN dibuka. Seluruh siswa yang dinyatakan masuk ke dalam data PDSS wajib melakukan pemilihan universitas. Senja sedang berbaring memandang laman pendaftaran SNMPTN itu. Ia masih mempertimbangkan, apakah ini jalan yang tepat? Senja tidak memberi tahu orang tuanya terkait pendaftaran ini. Ia tahu, itu hanya akan menghancurkan mood-nya.
Senja membuka aplikasi Whatsapp-nya, ia mengirimkan pesan kepada Fajar.
Jar, lo di mana?
Di rumah. Kenapa?
Lo udah daftar SNMPTN?
Belum, sih. Kenapa emangnya?
Jemput gua sekarang.
Gua gak tenang mau daftar di rumah.
Oke. Gua otw
***
“Ma, Senja pergi sama Fajar, ya,” ujar Senja sembari menyalamai pundak tangan Dewi dan berpamitan.
“Mau ke mana?”
“Jalan-jalan aja. Suntuk di rumah.”
“Loh, kamu baru aja pulang sebentar udah mau pergi lagi.”
“Hehe. Gak apa-apa, ya, Ma. Bye, Mama,” ujar Senja sembari memeluk Dewi dan berjalan menuju depan rumah.
“Lo tumben banget ajakin keluar. Mau ke mana nih?” tanya Fajar.
“Terserah lo aja. Gua ikut.”
Fajar mengencangkan mobilnya menuju sebuah cafe di dekat Sukajadi, Anchor Cafe & Roastery. Sesampainya mereka di sana, Fajar meminta Senja untuk menunggu di kursi bagian depan. Ia segera memesan dua gelas Green Tea dingin.
Senja terus membuka lalu menutup laman pendaftaran SNMPTN. Ia mengulanginya berkali-kali. Selalu ada keraguan yang menyapa dirinya untuk mendaftar SNMPTN. Ia hanya takut jika nanti lolos, tapi ia tidak bisa menerima. Hal itu akan berdampak buruk kepada sekolah dan adik kelasnya yang lain.
“Oke, gimana?” tanya Fajar yang baru saja mengambil posisi duduk di hadapan Senja.
“Menurut lo gua harus gimana?”
“It’s your choice, Baby. Jangan terlalu betah berada di zona ternyaman. Sesekali kita perlu menembus zona nyaman yang katanya mengerikan, cobalah mencari hal yang baru. Break your limit. If you never try, you will never know.”
Senja menghela napas panjang, “Oke, I will do it!”
Senja membuka laman pendaftaran SNMPTN dan memilih dua universitas dengan jurusan yang sama, Ilmu Aktuaria-UGM dan Aktuaria-UI. Namun, prioritasnya ialah di Universitas Gajah Mada.