Catatan Senja

Denesa Ekalista
Chapter #35

35 - Prom Night

Hari ini adalah waktu yang paling ditunggu-tunggu. Seluruh siswa kelas XII akan melakukan One Day One Night Trip di Harris Resort sekaligus prom night. Senja tidak pernah menyangka akan menghabiskan akhir cerita putih abu-abunya di sebuah resort yang cukup terkenal dan elite, sebab dari sekian banyak angkatan di SMA Negeri 1 Batam, belum ada yang diizinkan untuk membuat acara di luar sekolah, selain angkatan mereka. Biasanya, mereka hanya diperbolehkan melakukan acara perpisahan di sekolah dan hanya berlangsung satu kali.

Namun, sebelum itu, mereka memang sudah mengumpulkan uang khas khusus untuk membuat acara ini sejak naik ke kelas XII. Mereka harus menyisihkan uang dua ribu rupiah yang akan disetor ke bendahara kelas setiap harinya.

Seluruh siswa telah berkumpul di sekolah sejak pukul 10.00 WIB. Ini adalah kali pertamanya mereka melakukan trip satu angkatan, tidak ada satu pun yang tidak mengikuti kegiatan ini. Mereka tampak sangat antusias mengikutinya. Acara ini hanya diikuti oleh kelas XII, guru-guru, dan beberapa panitia OSIS yang membantu merancang rangkaian kegiatan.

Seperti biasanya, Senja berangkat bersama Fajar. Saat mereka tiba sekolah, seketika banyak pasang mata melirik ke arah Senja yang baru saja membuka pintu mobil. Tatapan mereka takjub melihat gadis yang dikenalnya dingin bisa tiba-tiba memiliki penampilan yang sangat berbeda atau mungkin lebih tepatnya mereka tidak pernah melihatnya. Senja mengenakan celana jins berwarna hitam yang dipadani dengan baju kaos polos berwarna biru muda dan outher kotak-kotak berwarna marron, serta kacamata berwarna coklat yang menutupi bola matanya.

Senja menaikkan kacamatanya melihat sorot mata teman-teman yang menuju kepadanya. Ia terdiam sejenak, lalu berkata, “Kenapa mereka lihatin gua kayak gitu?” bisik Senja sambil mendekatkan diri ke Fajar.

Fajar tertawa melihat wajah bingung Senja, gadis itu terlihat sangat lucu dengan raut wajah kebingungannya. “Lo juga! Ngapain lagi ketawa!” sambar Senja ketika melihat Fajar tertawa cengengesan.

“Mereka takjub lihat pacar gua yang cantik ini,” jawab Fajar sembari merangkul Senja.

“Gak lucu!” cetus Senja sambil melirik Fajar sinis.

“Hahaha. Emangnya dibilang jelek mau?”

Senja menaikkan sebelah alisnya. “Udah, yuk. Gak usah dipikir jawabannya, nikmati hari-hari tanpa ujian.” Fajar menggiring Senja berjalan menuju lapangan.

“Rindu, sih, sama ujian.”

Fajar merentangkan telunjuknya ke depan bibir Senja. “Ssttt... Jangan kedengaran sama mereka, entar lo dibilang gila, mau?”

“Udah lama gak dapat silverqueen dari bu Nelly,” ujar Senja sambil tertawa kecil.

“Entar gua beliin satu kotak, Buk Pacar.”

“Awas aja kalau gak!”

Fajar mengacak-acak pundak kepala Senja. “Iya, Sayang.”

***

Fajar menghampiri Bara yang sedang berdiri di bawah ring basket. “Ngapain Lo sendirian di sini? Orang pada sibuk ngumpul di sana.”

“Capek gua, Bro,” jawab Bara menghela napas.

“Habis gali berapa kuburan lo?” Tiba-tiba Fajar melihat tas Bara yang disenderkannya di dekat tiang. “Woi! Lo mau nge-trip atau haking? Pergi semalam aja besarnya minta ampun, udah ngalahin tas cewek-cewek yang isinya gaun dan make up. Gua kira cuma tas pacar gua yang gede, ternyata lo lebih.”

Senja melirik Fajar sinis sambil menyenggol lengannya. “Nyindir bilang!”

“Haha. Maaf, maaf. Tenang aja, gua yang bawain.”

Mendengar ucapan Fajar barusan, Senja langsung melepas tas ranselnya yang bisa dikatakan lumayan besar itu kepada Fajar. “Nih, bawain. Ini baru namanya pacar,” ujar Senja sambil mencubit pipi Fajar.

Melihat Senja yang menyerahkan tasnya kepada Fajar, Bara pun berkata, “Jar, Lo kan sahabat gua. Jadi, boleh, ya, bawain ...”

Belum selesai Bara berbicara, Fajar langsung menyambarnya. “Gua gak buka jastip! Hanya berlaku buat pacar. Tangan kaki lo masih berfungsi, kan? Kecuali tulang belakang lo udah patah, baru gua bawain.”

“Tega amat sama sahabat sendiri,” ucap Bara seraya memukul Fajar.

“Bodo amat!” Fajar dan Senja berjalan meninggalkan Bara yang sedang menyenderkan diri di tiang basket.

***

Mereka berkumpul di lapangan upacara untuk mendengar pengarahan dari guru serta berdoa bersama sebelum berangkat menuju Harris resort sembari menunggu kedatangan bus yang akan mengantarkan mereka ke sana.

Setelah bus yang akan mengantarkan mereka tiba di sekolah, mereka berangkat menuju Harris Resort. Perjalanan menuju resort memakan waktu kurang lebih 1 jam. Senja mengambil tempat duduk bersama Lara karena sesuai pembagian, laki-laki akan mengambil posisi di sebelah kanan, sedangkan cewek di sebelah kiri. Walaupun demikian, Fajar tetap mengambil posisi duduk di samping Senja di satu deret yang sama.

Lalala

Aku senang sekali

Doraemon

Bara memecahkan suasana yang awalnya hening menjadi ribut karena risih mendengar suara Bara yang cempreng, terlebih ia menggunakan mic.

“Gendang telinga gua pecah, bego!” Fajar mengantukkan kepala Bara ke kursi yang ada di depannya.

“Gua menghibur, nih. Suara emas gua selalu bisa menghibur suasana yang awalnya sepi seperti kuburan menjadi ramai kayak di pasar.”

“Sok-sok-an lo! Kayak pernah pergi ke pasar aja.”

Bara menggarukkan kepalanya yang tidak gatal membenarkan ucapan Fajar barusan. “Per ... pernah, sih. Tapi dulu, pas umur lima tahun,” ujar Bara mengaku.

“Udah ketahuan dari tampang lo yang kerjanya jadi kebo aja.”

“Oh, ya, Jar. Lo tahu, gak?”

“Gak!” jawab Fajar singkat.

“Dengerin dulu bego!”

“Kemarin, tuh, pas Ujian Nasional gua bisa ngisi soal Kimia, Cui,” sahut Bara sambil melipatkan kedua tangannya berlagak sombong.

Fajar mendekatkan wajahnya ke telinga Bara dan berteriak, “Dengar boleh, percaya jangan.”

Lihat selengkapnya