Catatan Senja

Denesa Ekalista
Chapter #39

39 - Puncak Kosakora & Malioboro

Hari ke sekiannya tanpa Fajar, semuanya terasa sangat berbeda. Fajar, aku rindu. Gejolak jiwa ini tak bisa berhenti melantunkan nada-nada rindu, lirik yang kau ciptakan di dalamnya begitu indah adanya, bahkan ketika segalanya harus disebut sebagai kenangan, bayang-bayang tentang indahnya bersamamu masih sangat melekat. Andai saja kamu bisa ada di sini, menemaniku menikmati hari-hari di Jogja, mungkin semuanya akan terasa jauh lebih indah. Sayangnya, andaikan hanyalah bersifat fatamorgana semata.

Semoga berada di kota ini bisa membuatku lebih tenang melawan jarak dan jeda di antara kita. Semoga selalu ada kisah indah yang bisa membuatku jauh lebih betah walau tidak sesempurna ketika bersamamu, Fajar.

Bayang-bayang wajahmu kini menjelma semu

Segalanya hanyut terseret oleh waktu

Kita ditempatkan pada ruang yang sulit untuk berseru

Tidak seperti beberapa purnama yang lalu

ketika tidak sengaja kita ditakdirkan bertemu

Kau bisa dengan mudahnya mencuriku ke manapun engkau mau

Kita adalah sepasang harap yang kian memeluk penantian

Penantian untuk kembali menyatukan dua raga yang dijedakan

Penantian untuk kembali memeluk jarak yang terbentangkan

Setelah mengenalmu,

dan setelah dipisahkan denganmu

Aku mengenal sebuah rasa yang kini menjadi candu

Rindu,

Narkotika yang lebih candu daripada sabu

Rehabilitasinya hanya satu

Yaitu temu

Gelisah menyelimuti senyap derai layu

Segala rasa kian membalut ambigu

Tawa yang terukir mungkin hanya bersifat palsu

Sebab kini gemuruh rindu kian menggebu-gebu

Mungkin ini adalah hukuman untukku

Hukuman karena telah banyak mengabaikan waktu bersamamu saat itu

Hingga pada akhir masa kita berseru

Aku kemudian dengan seenaknya memintamu untuk mengikutiku

Egoisnya aku

Mungkin tidak adil bagimu

Namun,

Kau juga tahu bahwa aku selalu takut menemukan

yang namanya perpisahan dan kehilangan

Dua hal yang akan membuatku kehilangan arah dan tujuan

Sebab persetanan lara dan sespesiesnya akan dengan mudah merasuki pikiran

dan membuat adrenalin bekerja lebih cepat dari biasanya

Semesta bekerja secara tersembunyi

Menimbulkan banyak misteri

Jua teka-teki yang tidak bisa ditebak sendiri

Seseorang yang dulunya sangat dibenci

Kini malah menjadi yang tidak ingin dijauhi

Metamorfosis rasa bekerja begitu cepatnya

Memproduksi mentahan-mentahan yang tidak ada apa-apanya

menjadi sebuah produk yang bernilai tiada dua

Lautan rindu kian mencekam erat sukma

Bersemayam penuh tanda tanya

Memeluk gemuruh rindu yang semakin membara

Ditemani oleh senyap yang melanda

dan dibawa terbang tinggi bersama ilusi yang fatamorgana

-Senja Augrey Leora

***

Senja masih sedang bermager-mageran di atas kasur karena tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Segala berkas pendaftaran ulang sudah ia urus beberapa hari yang lalu. Jadi, ia hanya tinggal menunggu waktu masuk kuliah saja.

Berada dalam kesunyian sendiri membuat Senja merasa gelisah karena hanya akan membuatnya terus memikirkan Fajar. Senja beranjak dari kasurnya menuju ke depan cermin dan merapikan rambutnya yang berserakan akibat terlalu lama bermesraan bersama kasur. Gadis itu bukan tipe cewek yang ribet dengan berbagai alat make up, bedak baby dan sedikit polesan liptint saja sudah cukup baginya.

Senja bermaksud untuk berjalan keluar menikmati udara segar sembari menghilangkan gelisah dalam dirinya, kebetulan cuaca hari ini juga tidak begitu terik. Baru saja Senja ingin menjejakkan kaki menuju pintu, tiba-tiba ia mendengar suara ketukan pintu.

Lihat selengkapnya