Hari ke sekiannya tanpa Fajar, semuanya terasa sangat berbeda. Fajar, aku rindu. Gejolak jiwa ini tak bisa berhenti melantunkan nada-nada rindu, lirik yang kau ciptakan di dalamnya begitu indah adanya, bahkan ketika segalanya harus disebut sebagai kenangan, bayang-bayang tentang indahnya bersamamu masih sangat melekat. Andai saja kamu bisa ada di sini, menemaniku menikmati hari-hari di Jogja, mungkin semuanya akan terasa jauh lebih indah. Sayangnya, andaikan hanyalah bersifat fatamorgana semata.
Semoga berada di kota ini bisa membuatku lebih tenang melawan jarak dan jeda di antara kita. Semoga selalu ada kisah indah yang bisa membuatku jauh lebih betah walau tidak sesempurna ketika bersamamu, Fajar.
Bayang-bayang wajahmu kini menjelma semu
Segalanya hanyut terseret oleh waktu
Kita ditempatkan pada ruang yang sulit untuk berseru
Tidak seperti beberapa purnama yang lalu
ketika tidak sengaja kita ditakdirkan bertemu
Kau bisa dengan mudahnya mencuriku ke manapun engkau mau
Kita adalah sepasang harap yang kian memeluk penantian
Penantian untuk kembali menyatukan dua raga yang dijedakan
Penantian untuk kembali memeluk jarak yang terbentangkan
Setelah mengenalmu,
dan setelah dipisahkan denganmu
Aku mengenal sebuah rasa yang kini menjadi candu
Rindu,
Narkotika yang lebih candu daripada sabu
Rehabilitasinya hanya satu
Yaitu temu
Gelisah menyelimuti senyap derai layu
Segala rasa kian membalut ambigu
Tawa yang terukir mungkin hanya bersifat palsu
Sebab kini gemuruh rindu kian menggebu-gebu
Mungkin ini adalah hukuman untukku
Hukuman karena telah banyak mengabaikan waktu bersamamu saat itu
Hingga pada akhir masa kita berseru
Aku kemudian dengan seenaknya memintamu untuk mengikutiku
Egoisnya aku
Mungkin tidak adil bagimu
Namun,
Kau juga tahu bahwa aku selalu takut menemukan
yang namanya perpisahan dan kehilangan
Dua hal yang akan membuatku kehilangan arah dan tujuan
Sebab persetanan lara dan sespesiesnya akan dengan mudah merasuki pikiran
dan membuat adrenalin bekerja lebih cepat dari biasanya
Semesta bekerja secara tersembunyi
Menimbulkan banyak misteri
Jua teka-teki yang tidak bisa ditebak sendiri
Seseorang yang dulunya sangat dibenci
Kini malah menjadi yang tidak ingin dijauhi
Metamorfosis rasa bekerja begitu cepatnya
Memproduksi mentahan-mentahan yang tidak ada apa-apanya
menjadi sebuah produk yang bernilai tiada dua
Lautan rindu kian mencekam erat sukma
Bersemayam penuh tanda tanya
Memeluk gemuruh rindu yang semakin membara
Ditemani oleh senyap yang melanda
dan dibawa terbang tinggi bersama ilusi yang fatamorgana
-Senja Augrey Leora
***
Senja masih sedang bermager-mageran di atas kasur karena tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Segala berkas pendaftaran ulang sudah ia urus beberapa hari yang lalu. Jadi, ia hanya tinggal menunggu waktu masuk kuliah saja.
Berada dalam kesunyian sendiri membuat Senja merasa gelisah karena hanya akan membuatnya terus memikirkan Fajar. Senja beranjak dari kasurnya menuju ke depan cermin dan merapikan rambutnya yang berserakan akibat terlalu lama bermesraan bersama kasur. Gadis itu bukan tipe cewek yang ribet dengan berbagai alat make up, bedak baby dan sedikit polesan liptint saja sudah cukup baginya.
Senja bermaksud untuk berjalan keluar menikmati udara segar sembari menghilangkan gelisah dalam dirinya, kebetulan cuaca hari ini juga tidak begitu terik. Baru saja Senja ingin menjejakkan kaki menuju pintu, tiba-tiba ia mendengar suara ketukan pintu.