Perhatian ku terpusat kepada gadis berkulit putih dengan rambut hitam legam terurai bebas diatas bumi, seolah memberiku isyarat tentang betapa lembut dan harumnya rambut itu. Dia seperti gadis cantik dengan julukan mevrouw yang aku baca dari novel-novel koleksiku, apakah mungkin mevrouw dalam novel tersebut adalah jelmaan gadis cantik di hadapanku saat ini? Yang melintasi seabad peradaban dan kini muncul kembali dengan usia muda seusia ku? Betapa waktu terhenti dan mata tertuju tanpa berkedip sedikitpun, menganggumi keindahan ciptaan tuhan yang tanpa cacat dari ujung rambut hingga ujung kaki.
Tak ada satu pun lelaki mata keranjang yang mengistirahatkan mata untuk memandangnya, termasuk juga aku. Obrolan hangat bertabur senda gurau tak bermakna kini sunyi bagai malam seribu tahun, mata sebagai alat transfer reaksi ke otak telah mengubah isinya dengan pertanyaan dan seribu pengadaian. Aku belum tahu siapa namanya, keturunan mana dan pertanyaan untuk sebuah jawaban, apakah aku bisa mendapatkannya diantara ribuan puluhan mata keranjang pesaing.
Kisah ku dimulai sejak kedatangannya, membuka nuansa hidup baru dengan senyumannya dengan daya tariknya yang membuat ku semangat untuk rajin sekolah dan menjalani pansiun sebagai anak bolos sekolah semester empat. Dan inilah kisah ku Bobby Martakusuma