Pesanan makanan datang, entah apa yang Rena pesan. Karena kami masih terlalu lelah dengan pesta pernikahan kemarin. Selesai makan tak lupa minum obat karena sakit di dada sedikit mengganggu.
" kenapa sayang?"
" dadaku sakit dari kemarin"
" kita kerumah sakit yuk" kata Rena.
" gak usah, mungkin cuma terlalu lelah aja"
" yaudah, istirahat aja..."
" iya... Ntar juga baikan sendiri" balasku.
Kulihat Rena membawa keranjang berisi pakaian kotor, aku membantunya membawakan menuju belakang.
" akhirnya pakaian kotor kita jadi satu di mesin cuci" kata Rena tersenyum.
" ah kebanyakan scroll instagram!" kataku.
Hari ini kami menghabiskan waktu untuk berdiam diri di rumah, terbesit niat untuk berbulan madu di pantai. Tapi keadaan cukup tidak memungkinkan karena aku sedang tak enak badan.
" tetanggamu yang itu masih hidup aja?" tanyaku melihat tetangga Rena yang sangat menyebalkan dan menjadi musuh masyarakat.
" emang... Aku juga heran, umurnya kok ya panjang banget!" kata Rena terlihat jengkel dengan tetangganya itu.
Tampak dia mencuci mobilnya.
" taruhan yuk! Bentar lagi geber-geber mobilnya" kata Rena memulai taruhan.
" OK!" Kataku.
" 20 ribu dia akan putar musik dulu dari pada geber mobil" ucap Rena memperhatikan gerak-gerik tetangganya.
Lalu dia memutar lagu dengan volume berlebih, dan tak lama kemudian apa yang dikatakan Rena benar! Orang itu langsung geber-geber mobilnya. Rena tersenyum dapat 20 ribu dari saku celanaku, aku hampiri dan teriak dari pagar jeruji.
" woy!! Brisik!!" kataku.
" orang baru gak usah sombong!!" balasnya.
Aku langsung ambil selang air, suara musik ini membuatku pusing!. Kuarahkan dan siram sound speakernya dengan air! Hingga suaranya menjadi fals! Lalu sekering rumahnya mati! Mungkin ada korslet karena kusiram.
Rena tertawa keras! Orang itu mulai menunjuk disertai kata mutiara yang keluar tanpa kendali, beberapa orang di depan yang tengah membeli sayuran juga menahan tawa. Entah kenapa selama ini tak ada yang berani menegur!.
Malam harinya masih sama, dada masih terasa sakit, malam pertama masih tertunda. Pagi harinya telinga masih mendengar musik yang diputar dengan volume berlebih!. Aku segera ke depan, melihat Rena yang ikhlas memberi bacotan tak bermoral untuk tetangganya itu. Aku segera menarik ke dalam membiarkan musik itu terus diputar.
" gak!! Aku mau bacotin tuh" Rena memaksa.
" jangan" kataku menarik Rena kedalam.
Volume tak karuan membuat dada semakin sakit, jantung berdegup kencang. Aku mencari obat, tetapi tak bisa kutemukan dan dada masih sakit banget.
******
Mengadakan pesta pernikahan yang serba mewah membuat kantong benar-benar terkuras habis. Rena juga meminta maaf kepadaku karena papanya. Tapi aku tak akan mempermasalahkannya. Justru itu adalah bukti keseriusanku pada papanya. Lagipula sebelum menikah, mereka sudah menganggap aku adalah anak mereka.
Dan hasilnya kami tak bisa berbulan madu. Kami berbulan madu di bengkel alias Rena tengah bersantai sembari menonton pekerjaan yang selama ini ia tonton walau kami belum menikah sebelumnya.
Tak pernah kuduga ialah Rena bisa melakukan pekerjaan yang diperintahkan melalui mulut. Ternyata Rena cepat belajar. Kini waktu terasa begitu cepat dengan adanya Rena Di sini. pekerjaan sedikit lebih ringan ketika ia bisa bekerjasama denganku untuk saling membutuhkan.
Dan hari ini pekerjaan menumpuk bisa kami berdua kurangi. Betapa hari yang melelahkan.
" Makan apa ya enaknya??" Tanya Rena yang mulai kelaparan karena tenaganya terkuras habis.
" Pesan nasi Padang enak..." Kataku.
Rena mengangguk, ia memesan melalui ponselnya lalu mencuci tangan yang sudah terkena oli dan Grease. Dan saat sedang bersantai menunggu pesanan aku dikagetkan dengan sebuah Lancer merah. Nerissa masih kembali, seketika itu juga darah naik hingga ke ubun-ubun.