“Ngajak berantem??” tanya Rena kesal.
“Anjirr, kan itu dari dulu gak pernah diganti,” kataku membela diri.
Rena mengutak atik HP, rupanya dia mengganti kata sandi hotspot.
“Nih, kuganti sama yang jauh lebih baik!” kata Rena
“Apaan??” tanyaku penasaran.
“Nih! AdhiSiPutraM*ki123!!” ucap Rena tersenyum.
“Off!! Najis lu baperan!!"
.....
Rena memainkan lubang hidungnya, mekar kincup seperti pantat ayam.
“Lu bisa gak??” tanya Rena
“Nggak bisa ..."
Rena masih memainkan hidungnya, segera aku korek upil dan menempelkan di hidungnya
“BANGSAD!! ANJIING!! ANAK KIMAK MEMANG KAU YA!!” teriak Rena
“BRISIIIKKK!!!” Papa Rena marah dan terdengar sampai sini.
Spoiler for Flashback
“Ayo ikut ke SMA yang sana,” rengek Rena.
“Aku mau ke STM Rena ... Ganggu aja,” ucapku.
“Ayolah ...,” kata Rena
“Aku mau ke STM kampret! Aku nggak mau ngikut kamu,” kataku.
Rena masih merengek menarik seragamku, kucoba juga menghindar darinya. Rena masih menarik-narik seragamku hingga kancingnya lepas.
“Jancok wedus!! Copot semua kancing bajuku Ren."
“Ayo ikut ke SMA."
“Nggak..."
Rena langsung jongkok dan nangis! Nangis beneran ketika kupaksa angkat kepalanya.
“Kamu apain Rena??” tanya Pak Guru memergoki.
“Nggak pak! Saya gak apa apain! Sumpah demi Allah!"
“Saya tadi ditonjok pak!” kata Rena masih menangis.
“Ya Allah sumpah pak! Gak saya apa-apain pak! Dia narik narik seragam sampe kancingnya lepas semua!"
“Enggak pak! Tadi saya dikasarin, terus saya ngelawan!” kata Rena memutar balikkan fakta.
Langsung aja aku kena bogem mentah!! Anjirr!! Sakit banget cok! Langsung aja aku digiring menuju BK untuk mendapatkan bacotan.
“Dah lah! Ganggu aja kau itu!” kata gw jengkel langsung menuju warung depan sekolah.
Kelas tiga sedang dibingungkan dengan pendaftaran ke jenjang menengah atas tahun itu. Aku sudah mantab hati menuju STM swasta favorit di kota, sebenarnya aku ingin ke STM negeri tapi terkendala jarak tempuh yang terlampau jauh.
“Gimana tadi??” tanya Bagus.
“Tai lah si Rena,” ucapku.
Bagus dan Angga tertawa keras melihatku kena fitnah si Rena sialan. Kami membahas apa saja syarat pendaftaran, tapi ternyata diluar dugaan yaitu pendaftaran yang sangat amat mudah.
“Nih samsu!” Bagus memberi sebatang rokok.
“Aku gak ngerokok kampret!"
“Banyak omong!"
“Gus... Gus ada staples??” tanyaku tapi tak ada jawaban. Aku masih menghisap rokok walau pahit.
Semua hilang dari warung ini. Tak ada jejak! Hingga aku dikagetkan oleh sebuah tinjuan.
“Lho!! Merokok?? Bocah janc*k!!”
Pak Guru melihatku merokok sambil menata berkas pendaftaran yang akan kubawa menuju STM.