Kami berdua ngepel sambil mengawasi kerja mesin cuci, sebentar lagi pakaian bisa dijemur. Mama Rena sudah berhenti marah dan entah pergi kemana.
Kemudian Rena menjemur pakaian sedangkan aku memilih memasak, terbalik ya ... Tapi mau bagaimana lagi jika aku sama sekali tak pernah percaya akan masakan istri sendiri. Mencium aroma perpaduan bumbu membuatku merasa menjadi MasterChef menantang Gordon Ramsay.
"Sayang, bantu dong jangan main HP terus," ucapku.
"Yaelah, iring dikit aja ngeluh, tot!"
"Piring dikit, tapi yang semalam? Enak aja kagak mau bantu."
"Eh n*****t, Jangan ganggu orang ngepush."
"Masih pagi udah nge game aja ...," ucapku sedikit kesal.
"Bodo amat!"
"Kamar juga belum diberesin," kataku lagi.
Rena masih fokus pada permainan di ponselnya.
"Ah j****k, Kalah nih," seru Rena, "makanya jangan ganggu."
"Kau aja yang gak bisa main." balasku, "bantuin ngapa, daripada game mulu."
"Satu match lagi, ya ...."
"Nggak."
"Rena ...." Mamanya melihat kelakuannya
"Iya ...." kata Rena beranjak dari kursi sembari berucap pelan nyaris berbisik,"cerewet!"
"Apa, Rena?"
"Apaan ma? Aku gak bilang apa-apa," ucap Rena kini membantu mencuci piring yang menumpuk.
Rena juga menggosok kompor yang kotor disebabkan karat dan minyak menempel. Hari ini kami bersih-bersih, selesai itu semua aku langsung mandi.
"Mau kemana?" tanya Rena melihatku sehabis mandi.
"Ke bengkel."
"GAK USAH!" Ngegas aja nih orang!.
"Aku bosen."
"Eh kontol! Kau itu belum sehat sepenuhnya ya ... Lagipula aku itu bisa ngasih makan seumur hidup, Gak usah kemana-mana!"
"Tapi ...."
"GAK USAH BANTAH, K****L!" Serasa neraka jika seperti ini kondisinya.
"Babi haram main gas aja ...."
"Diem, k****l!" bentak Rena.
Dari dalam terdengar suara meneriakkan nama Rena, mamanya ikut membentaknya karena suara umpatan Rena terdengar menggelegar. Sedangkan aku cuma terkekeh mendengarnya.
"Itu suami mu, Rena!" Mamanya terlihat marah, "hormat!"
....
"Bosen kan dirumah?" tanya Rena saat hari mulai menguning, tapi tak begitu kuning.
"Menurutmu??"
"Temenku butuh bengkel panggilan nih, mau gak?? Mumpung aku lagi baik nih."
"Ayo!" aku begitu semangat untuk sekedar keluar rumah.
Aku segera ambil alat dan pergi dengan motor matic, Rena mengarahkan ke kanan dan kiri. Aku sudah punya firasat buruk mengenai temannya dan benar saja firasat ini. Kami berhenti di rumah mbak Vana, rumah Nerissa juga! Mereka masih tinggal bersama orang tuanya.
"Katanya mau ke temenmu?" tanyaku mulai kesal.
"Mbak Vana kan juga temen."