Catatan Suami Gebleg

Firmansyah Slamet
Chapter #17

Keempat belas

Kali ini aku tengah bersantai di halaman belakang guna menikmati sinar matahari.

"Ngapain?" tanya Rena tiba-tiba muncul tepat di sebelahku. Langkah kaki atau hawa keberadaannya sungguh tak bisa dideteksi. Ia bagai seorang ninja hebat.

"Sunbath."

"Apa itu?"

"Berjemur," jawabku.

"Gayamu sok bule!!"

"Jangan salah, aku pernah jadi bule di ostarlia."

"Penjilat bule barat!! Jilat terus boolnya ampe kinclong," kata Rena penuh hinaan.

Dia mencomot roti isi serta susu di gelas dan langsung dihabiskannya.

"Eh kampret!! Itu sarapanku, Enak aja main ambil."

"Gaya macam bule, sudahlah! sarapan sana sama nasi pecel mbah Sini."

"Big no! Pertama bosan, dan alasan kedua, terlalu banyak dan takut mubazir," ucapku.

"Daripada makan roti susu, sakit ntar perut."

"Aku sudah biasa, yang belum biasa itu kamu, sayang," ucapku.

"Sok tahu" Rena menantang.

Aku hitung mundur dengan jemari!

5

4

3

2

1

"Mau kemana?" tanyaku melihat Rena beranjak.

"Panggilan alam."

"Kubilang juga apa," ucapku terkekeh dengan tebakan jitu

Selesai berjemur, aku ingin kembali membuat roti dan susu. Tapi Rena malah memberi seporsi nasi pecel dengan ukuran tak masuk akal. Porsi besar seperti ini tak akan habis jika aku sendiri yang menghantamnya. Aku terlambat menyadari jika sebenarnya Rena ingin makan sepiring berdua. Tapi setidaknya aku tahu ia ingin seperti ini. Kelihatannya porsi ini terlalu banyak tapi setelah dimakan sepiring berdua malah kurang.

"Kok kurang ya ...," kata Rena

"Makanya jangan rakus."

"Tadi katanya gak mau," balasnya.

Malas debat, kuputuskan untuk mandi membersihkan diri.

"Mau kemana??" tanya Rena

"Kota sebelah, ada urusan."

"Ikuut ...."

"Yaudah, ayo ...," ucapku setuju dengan permintaan Rena untuk mengajaknya.

Rena segera berdandan, tidak biasanya ia begitu cepat. dia keluar dengan pakaian rapi tak lupa kerudungnya. Dia kelihatan sangat cantik, aku terpaku terpana dihadapannya.

"Kenapa?" tanya Rena membuyarkan lamunanku.

"Enggak, cantik banget," ucapku tersenyum terpaku tak bisa mengalihkan pandangan.


*******


Sepulang dari kota sebelah, ponsel berdering merdu. Tertera Mbak Vana, hanya ingin memeriksa mobilnya. Aku hanya mengiyakan saja tanpa ada rasa ingin berangkat dan memeriksa. Tetapi Rena malah memaksa.

"Duh ngapain, sih??" tanyaku cukup jengkel pada Rena.

"Gak boleh musuhan,Lagipula itu pelanggan lho."

"Males ke rumah Nerissa, dan kenapa kau malah dukung banget? Biasanya cemburu."

"Soal hati dikesampingkan dulu, kan ini lagi pandemi bengkel langsung sepi," ucap Rena entah apa maksudnya.

"Serius? Nerissa itu licik!" kataku.

"Aku sudah lihat hal-hal yang buatku percaya 100 persen."

Dengan malas aku melaju kerumah Mbak Vana, bukan cuma mobilnya. Kali ini mobil Nerissa juga bermasalah. Cukup melelahkan karena hal ini akan menambah pekerjaan yang tidak diperlukan. Tapi sisi baiknya, Mbak Vana untuk pertama kalinya memberi ongkos jasa.dia tahu betul jika kondisi bengkel tengah dalam kondisi tidak baik. Langsung saja kubuka kap mesin, setelah ini itu anu mobil mbak Vana kembali prima.

Dan kini aku beralih ke mobil berwarna merah mencolok milik Nerissa, mobil dengan sejarah balap rally, meskipun hanya membawa namanya saja. Sama seperti milikku, bedanya milikku ialah generasi terakhir. Mobil ini cukup jarang digunakan olehnya. Aku melihat masalahnya dan cuma Aki saja yang tekor. Aku menggunakan jumper untuk menyalakan mobil Nerissa, dan kubiarkan menyala agar alternator mengisi baterai mobil.

"Nih ... Kopi." Nerissa tersenyum manis membawa nampan,

Aku sempat tersihir tapi buru-buru aku ambil dan mengalihkan pandangan. Aku menunggui mobil ini dan mencoba memeriksa jikalau ada masalah lainya.

Aku duduk menyeruput kopi buatannya yang tetap sama rasanya. Cukup satu tegukan kecil, lalu aku membuang sepenuhnya. Aku tak ingin lagi ada masa lalu.


Spoiler for Flashback

Tahun terakhir Nerissa di SMP ini, Nerissa mulai jarang ada di kantin ataupun kopsis dan mulai sering hadir di perpustakaan. Aku yang menyukainya pergi ke kantin membelikannya roti keju dan minuman jeruk. Tak lupa beli untuk diri sendiri namun roti kacang sudah habis terjual, begitu juga dengan minuman anggur. Aku rasa lebih baik ke perpustakaan memberinya jajan ini dan menemaninya.

Dan ketika aku membayar, ternyata ia juga ada di sini. Tetapi keberadaan Nerissa sama sekali tidak kusadari karena sibuk memilih jajan untuknya. Dia tersenyum membawa roti kacang dan minuman anggur. Dan aku malah membawa roti keju dan minuman jeruk. Setelah bayar, kami menuju perpustakaan sekolah. Kami sama-sama membaca buku di halaman perpustakaan sembari menyibukkan mulut mengunyah makanan, tak lupa Sesekali menggodanya.

Dia juga mengerjakan soal pemantapan matematika yang akan dikumpulkan di jam Akhir, aku yang tidak memperdulikannya masih membaca sekaligus memperhatikan aset berharga miliknya. Aku sudahi membaca ketika dia selesai dengan materinya, waktu 20 menit istirahat pertama sangat singkat terlewati. Kami segera memasuki kelas masing masing, aku mengikuti pelajaran begitu juga dengan Nerissa di kelasnya.

"Tadi ngapain aja sama ketos?" tanya Suci.

"Ya, gak ngapa-ngapain."

"Bohong aja kerjaanmu."

"Tumben nanya nanya," ucapku merasa heran pada gadis bertubuh pendek namun manis ini.

Lihat selengkapnya