Cawan Kosong

Celica Yuzi
Chapter #9

07 | PERMOHONAN SANG PEMUDA

Harum bunga menyelimuti indra penciuman Bayu. Toko Bunga Delima terlihat indah dilihat. Lebih tepatnya, sudah lama Bayu tidak cuci mata melihat banyak bermacam-macam bunga cantik yang segar dan imitasi. Pajangan daun-daun imitasi menggantung di langit-langit. Bayu serasa memasuki hutan yang sewaktu-waktu akan muncul bisikan sihir memikat. 

Sayangnya, bukan waktunya untuk berlama-lama memandangi bunga-bunga cantik yang sengaja di pajang dalam keranjang maupun display toko. Bayu memanfaatkan waktu luangnya yang agak sempit itu meminjam telepon genggam. 

Pemilik toko sudah mengizinkan setelah Bayu bermaksud meminjamnya. Kemudian dia izin ke tempat penyimpanan untuk mencari ketersediaan bahan-bahan buket bunga yang dibeli Bayu dadakan. 

Sambil melirik-lirik suasana dalam toko, Bayu menanti sambungan telepon di angkat.

[Halo, Zaidan dari tim kedua di sini. Ada yang bisa saya bantu?]

"Hei, Zaidan. Ini aku. Maaf baru sempat cek pager, baru sampai di lokasi tujuanku."

[Panjang umur! Baru saja aku keliling mencarimu. Kamu di mana? Aku kira kamu lagi nyebat di belakang kantin. Aku cari ke mana-mana sampai kantin, katanya Ibu Kantin katanya kamu gak keliatan juga.]

Bayu terkekeh pelan mendengar suara medok rekannya. Ia sadar telah menghilang bagai jin botol karena agenda mandiri yang telah dia susun spesial demi hari ini. 

"Aku lagi di toko bunga. Hari ini izin sama Pak Bos untuk keluar setengah hari sambil mencari penemuan baru, mungkin. Bukankah aku sudah memberitahumu kemarin?"

[Oh ya, aku lupa kamu mau bertemu teman SMA-mu itu. Ya sudah kalau begitu—  Oh tunggu! jangan di tutup dulu! Aku ingin memberitahu penemuanku bareng anak-anak lima hari lalu.]

"Wah, cepat juga. Apa yang kalian temukan saat di luar kota?"

Terdengar di seberang telepon rekannya membuka map atau lembaran dokumen sambil bergumam kecil. 

[Aku dan anak-anak berpencar setelah mengonfirmasi tiga keluarga korban Penguburan Mayat. Aku pergi ke Surabaya, Deni ke Solo, dan Fadlan ke Palembang. Walau mereka ini tidak ada hubungan apa-apa semacam berteman atau rekan kerja, semua keluarga korban memberi pernyataan serupa tentang suatu hal.]

"Tentang apa itu?"

[Keluarga dari Palembang dan Surabaya, mendapat kiriman surat terakhir dari para korban. Surat mereka berbeda isinya, tetapi inti dari isi surat tersebut menunjukkan mereka akan terus menetap di Jakarta dan berjanji mengirim uang untuk kebutuhan keluarga. Keluarga korban di Palembang memiliki ekonomi rendah, sementara keluarga korban di Surabaya memiliki ibu yang harus melakukan perawatan kanker paru-paru. Untuk korban ketiga, keluarganya tinggal di Solo pun mendapatkan surat serupa, tetapi ada kata-kata yang menekankan tentang biaya sekolah untuk dua adiknya yang SMA dan kuliah. Kebetulan, korban dari Solo ini merupakan yatim piatu sejak adik kecilnya baru lulus SMP.]

Bayu mengangguk paham. Sebelum kembali berbicara, ia mengambil segelas air dingin yang telah dihidangkan pemilik toko bunga, "Begitu rupanya. Bagaimana soal nominal pengiriman uangnya? Apakah sudah dilacak juga rekeningnya?" 

[Ya, kami sudah mengambil data penerima dan pengirim rekening. Pengirimnya tidak mencurigakan karena memakai nama korban dan sesuai data. Aliran uangnya setelah dicek ke bank tidak mencurigakan pula. Nah, soal nominal yang diterima keluarga korban. Kami sudah memastikan totalnya .... kurang lebih empat puluh lima juta.]

Bisikan di akhir kalimat Zaidan berhasil membuat Bayu tersedak. Jantungnya hampir copot ketika mendengar hasil penyelidikan Zaidan. Bayu menaruh gelas di meja terdekat dan mengusap bibir dengan punggung tangan. Sebelum melanjutkan percakapan, Bayu memastikan pemilik toko bunga masih di belakang pintu penyimpanan.

"Kamu serius nominalnya sebesar itu?" Bayu ikut berbisik. Menangkup lubang telepon dengan telapak tangannya sendiri. 

[Serius! Nanti kalau kita bertemu lagi kamu bisa lihat sendiri penemuan kami. Hanya saja, penyelidikan terkait keluarga korban masih menjadi rahasia agar tidak ada sentimen publik. Asumsiku dan anak-anak sementara, kasus ini ada hubungannya dengan Orang Besar yang diselidiki Tim investigasi sebelah.]

"Apa karena tim kita yang baru menemukannya?"

[Entahlah, Pak Bos bilang jangan bilang siapa-siapa dulu termasuk tim yang mengusur Orang Besar. Oh ya, sebelum menelponmu aku baru saja bertemu dengan Bu Nia.]

"Oh, tentang penemuan di Kali Besar itu ya? Bagaimana dengan hasilnya?"

[Bu Nia mengatakan bahwa dua mayat di Kali Besar tidak jauh berbeda dengan tiga mayat di lahan kosong itu. Mereka meninggal sebelum organ-organ menghilang, diperkirakan meninggal lebih lama dari tiga mayat sebelumnya akibat anestesi fatal yang disengaja. Organ-organ yang hilang diperkirakan ada jantung, ginjal, dan paru-paru. Bos sudah berikan izin untuk menyusuri rumah sakit di seluruh Jakarta mengambil data resmi tentang para perempuan yang meninggal. Surat izin perintahnya akan turun sore ini.]

Bayu mengangguk paham. "Oke."

[Satu lagi, Bu Nia meminta tolong kepada kita untuk mencari kasus-kasus perempuan Jakarta Raya yang menghilang sejak tahun 1975 sampai sekarang. Asumsi beliau, perempuan-perempuan yang dilaporkan menghilang ada sangkut pautnya dengan Penguburan Mayat ini.]

Lihat selengkapnya