Cawan Kosong

Celica Yuzi
Chapter #22

15 | LAHIRNYA ANCAMAN BARU [3]

Apa yang terjadi selanjutnya, Bayu tidak akan heran untuk sekian kali.

Bayu memilih mengikuti nasehat Jian selaku yang lebih mengerti dengan situasi saat ini. Ia menghubungi Zaidan pada pukul 07.15 pagi ketika mentari telah menerangi lobi rumah sakit. Sejenak, rekannya terkejut dan ikut berbahagia, tetapi berita penting untuknya dibawa dengan penuh kegelisahan.

[Oke, aku mengerti mengapa kamu baru menghubungiku. Tidak apa, memang pekerjaan kemarin membuat energi kita terkuras. Aku turut senang mendengar persalinan anakmu berjalan lancar, tapi aku bukan bermaksud menghancurkan momen mengharukan ini. Ini penting. Bos terlihat akan kebakaran jenggot karena sejak jam setengah tujuh sudah mencarimu kesetanan. Firasatku mengatakan bukan dia saja yang mengamuk. Cepatlah kemari!]

"Tunggu, jelaskan satu per satu agar aku lebih paham dengan situasi sekarang. Jangan panik dulu."

Kesimpulan dari seluruh percakapan Zaidan yang berlangsung lima menit itu memiliki banyak kabar genting yang membuat Bayu menghela napas berkali-kali. Pertama, Kepala Satuan alias si Bos menjengkelkan mereka berniat melayangkan surat peringatan karena Bayu membawa motor tanpa mengantongi surat izin resmi. Kedua, si Bos mengamuk sebab ada aduan perilaku Bayu yang menghajar orang di rumah sakit.

Mau tidak mau Bayu harus segera ke kantor dan mempersiapkan diri mendengar ceramah pagi. Tanpa pulang terlebih dahulu, Bayu langsung menuju ke kantor polisi dalam keadaan fisik tak diistirahatkan sepanjang malam. Kehadirannya menarik atensi seluruh orang sejak ia membuka pintu masuk kantor Polres Jakarta Barat.

Seluruh orang berbisik, menatapnya aneh, bahkan ketika tak sengaja saling bertatap muka orang tersebut akan mengalihkan pandangan. Bayu tidak peduli mengapa mereka bersikap demikian, tujuannya adalah menuju ruang Divisi Satreskrim.

Tak ada sambutan suka cita. Justru teriakan-teriakan memekakkan telinga sebagai confetti kedatangan Bayu. Seluruh anggota Tim 1 hingga Tim 3, masing-masing beranggota lima orang berdiri di masing-masing meja kerja. Si Bos yang katanya sejak pagi mencarinya kesetanan berakhir berdiri di depan mejanya menyimak wejangan. Ternyata, Kepala Polisi bertubuh tambun sedang memarahi seluruh tim.

Ketika Bayu telah hadir dan sengaja mengetuk pintu yang telah terbuka, seluruh mata anggota tim tertuju padanya. Kepala Polisi langsung membentak Bayu dengan segudang peringatan yang terdengar tak dapat diampuni.

"Masih punya muka kamu untuk kemari?!

"Kamu kira menggunakan kendaraan dinas tidak perlu izin? Pikir pakai otak. Ini kendaraan dinas untuk bekerja, bukan untuk keperluan pribadimu!

"Belum ada setahun masuk tim saja sudah berbuat onar. Mau ditaruh mana muka institusi ini saat dapat aduan tentang petugas polisi mabuk menghajar warga sipil di rumah sakit?

"Kamu kira hanya meminta maaf saja, akan memperbaiki semuanya? Setelah membuat kegaduhan di rumah sakit, bahkan dokter dan perawat yang melihatmu di sana ketakutan melihat apa yang terjadi. Bangga telah mencederai identitas polisi? Bangga kamu?!

"Saya tidak peduli dengan 1001 alasan dibalik perbuatanmu ini. Kamu jelas-jelas mencoreng nama institusi!"

Bayu tidak menyanggah atau membela diri. Zaidan ikut menunduk tak berani membela rekannya sendiri. Sedari tadi membiarkan Kepala Polisi tambun yang tidak lebih tinggi dari Bayu berceloteh. Pura-pura menyimak, padahal semua ucapan masuk telinga kanan dan keluar telinga kiri.

Tidak ada angin dan hujan, Bayu dapat melihat sosok Lian keluar dari ruang Pelayanan Masyarakat Sipil yang didampingi petugas lain, lalu dibukakan pintu keluar dari kantor Divisi Satreskrim.

Tanpa memedulikan omelan Kepala Polisi selanjutnya, Bayu memilih beralih dan berjalan cepat. Membuka pintu kaca lebar-lebar demi mengejar Lian.

"Hei, Bayu! Berhenti!" Zaidan memanggil-manggil namanya, dia menyusul Bayu bersama rekan-rekan timnya tergesa-gesa.

Derap langkah Bayu terdengar seperti genderang perang. Menghentikan sosok Lian melangkah untuk melihat siapa gerangan yang mengejar.

"Masih punya muka kamu untuk kemari? Dasar tua bangka yang tidak tahu malu!" Bayu berseru ketika tangannya hampir mencengkram baju Lian.

Usahanya kali ini dicegat tepat waktu. Pergerakan Bayu ditahan tiga petugas sekaligus bagai banteng terjerat rantai. Akan tetapi, tidak menghalangi mulutnya meludah ke sisi kiri wajah Lian.

"Ternyata kita bertemu lagi, Anak Muda. Sudah merasa segar?"

Bayu semakin geram. Lawan bicaranya telah memakai topeng 'orang tua berbudi luhur'.

"Kamu pikir dengan semua yang kamu miliki akan selamanya membuatmu kebal dari hukum? Aku bersumpah akan mendapatkan semua bukti perbuatanmu. Akulah yang akan menyeretmu kelak ke tiang gantung!" sembur Bayu dengan wajah merah padam.

Bayu meludahi wajah Lian. Refleks memejamkan mata pria paruh baya itu cukup bagus. Lian mengusap sisa ludah di sekitar mata dan pipi. Memandang sejenak ludah yang diseka telapak tangan, menatap Bayu sejenak tanpa amarah, tersenyum tipis tanpa berniat melawan balik.

"Oh, Anak Muda yang Sopan dan Santun. Saya suka semangatmu yang membara. Kamu tidak perlu khawatir lagi. Saya sudah memaafkan semua perbuatanmu. Semoga Tuhan selalu mengampuni semua dosa kita. Terutama untukmu yang sedang berpuasa."

Demikian kekacauan itu hampir berujung keributan besar. Lian melenggang pergi, sementara Bayu terkurung di kantor. Akibat dari perbuatannya telah menambah beban kemarahan Kepala Polisi yang tak habis pikir, terpaksa Bayu harus diliburkan.

Serta melayangkan keputusan untuk mengeluarkan Bayu dari Tim 2. Tanpa kompromi.

+++

Pukul 09.30 pagi matahari telah membakar sebagian permukaan bumi. Energi Bayu telah mendekati titik merah, tetapi ia memaksakan diri untuk terus bergerak. Zaidan sempat menawarkan untuk mengantar, tetapi Bayu menolak dengan dalih rekannya harus fokus bekerja. Ia masih mampu membawa motor vespa biru yang terlupakan di sudut parkir kantor.

Bayu memutuskan pulang ke rumah terlebih dahulu untuk mengambil perlengkapan Sima. Untunglah jauh-jauh hari Bayu telah menata isi tas besar yang diletakkan bawah lemari baju. Agar tidak ketahuan telah begadang semalam suntuk, maka Bayu langsung membersihkan diri dan mengganti baju baru. Kemudian, berangkat ke rumah sakit bersama vespa tersayang.

Sampailah di depan pintu rawat inap VIP 'Mawar' dengan peluh keringat di leher yang diseka punggung tangan. Bayu mencoba untuk mengatur napas agar terlihat tidak gugup. Olahraga mulut—buka dan tutup rahang—serta memutar sendi kepalanya yang terasa lelah.

Lihat selengkapnya