Cawan Kosong

Celica Yuzi
Chapter #26

17 | SEBELUM BENCANA TIBA [1]

Minggu yang cerah untuk berlibur bersama keluarga. Seperti suasana hati Bayu yang kedapatan patroli di area Monas sejak jam tujuh pagi. Sejak didepak dari tim yang menangani kasus Penguburan Mayat, Bayu dipindahkan untuk sementara waktu di tempatnya mengabdi dahulu. 

Mengatur lalu lintas, patroli, hingga membantu orang-orang yang menanyakan arah sampai tujuan. Peluit juga menjadi temannya sejak pagi membantu para pejalan kaki menyeberang zebra cross. Orang tua, ibu hamil, bahkan rombongan anak kecil dibantunya hingga selamat.

Setelah dua jam menjaga area lalu lintas, Bayu biasanya langsung berpatroli dengan mobil, lalu kembali ke posko pemantauan polisi. Namun, berbeda di hari biasanya, Bayu memanfaatkan momen patroli untuk pergi ke toko kalung modifikasi yang berada di persimpangan. 

Betapa bahagianya melihat kalung menunjukkan kalung liontin perak oval bersinar di tangannya. Permukaannya dipenuhi sulur dan bunga kecil. Permata putih melengkapi keindahannya. Bila jarinya membuka pengait di antara celah liontin, liontin itu terbelah menampilkan sebuah foto menghangatkan hati. 

Foto tersebut diambil setelah tiga bulan kelahiran anak mereka. Bayu dan Sima duduk bersama memeluk sang bayi dengan senyum gemilang. Dia membayangkan mimik wajah berseri sang istri di pertengahan Mei mendatang.

Ketika keluar dari toko kalung dan berniat patroli kembali, Bayu melihat seorang pengendara motor berjaket parasut tak jauh dari parkir mobilnya. Dia merasa tidak asing dengan punggung pria yang mengeluhkan ban motor Astrea Grand itu bocor. 

Setelah memastikan suaranya, Bayu segera menghampiri pengendara itu dan menyapanya, “Zaidan?”

Pengendara itu berbalik dengan wajah masam. Matanya berkedip-kedip, detik berikutnya sumringah bertemu Bayu. “Oh, kancaku—temanku, Bayu! Apa kabar?”

“Baik. Kamu sendiri kabarnya bagaimana?” Bayu menyalami rekannya, lalu memeluknya sejenak layaknya teman akrab yang sudah lama tidak jumpa. Dia perhatikan motor Astrea Grand tersebut. Terlihat bersih. Begitu pula plat motor yang belum tersentuh noda.

“Baru beli motor baru, ya? Vespa merah kesayanganmu dijual?”

“Oh, ini?” Zaidan melirik motornya. Tersenyum bangga seraya menepuk joknya berkali-kali. “Iya, sebulan yang lalu aku beli motor baru. Rencananya vespaku mau aku berikan ke ponakan dari kampung yang rencananya mau kuliah di sini.”

“Begitu rupanya.” Bayu mengangguk paham. “Ban motormu kurang angin?”

“Iya, nih. Tadi pagi baik-baik saja, kok. Entah kenapa tiba-tiba kempes.” Zaidan kembali mengeluh seraya mengibas-ngibas kaos agar dapat menangkap udara. Terik matahari semakin menyiksanya. “Mana panas banget lagi, aku tidak tahu di mana bengkel buka di hari Minggu ini!”

Bayu berjongkok untuk mengintip kondisi ban motor Zaidan. Dia melihat ban belakang dan depan motor tertancap paku. “Sepertinya motormu kena ranjau paku.”

“Hah, yang benar?” Zaidan langsung berjongkong. Melihat paku yang ditunjuk oleh Bayu. “Astagfirullah, bisa-bisanya motor baruku ini jadi korban!”

“Jangan khawatir. Aku tahu bengkel motor terdekat di sekitar sini.” Bayu kembali bangkit dan melihat jam tangannya. Masih ada waktu untuk menolong Zaidan dan berpatroli sebelum kembali ke rumah.

+++

Seperti ucapan Bayu, bengkel motor yang diketahuinya masih dapat dijangkau sepuluh menit perjalanan. Bayu diperbolehkan pemilik bengkel untuk memarkir mobilnya di tepi trotoar yang dinaungi pohon rindang. Cukup untuk melindungi diri dan rekannya yang melepas dahaga di bangku kayu bersama segelas degan segar yang didapatkan dari kios sebelah bengkel.

Tidak ada percakapan khusus di antara dua rekan dari akademi kepolisian yang sama. Bayu menyimak keluhan Zaidan terhadap si Bos, mulai berkencan dengan anak farmasi—dia janji akan memperkenalkannya pada Bayu jika sudah resmi menjalin hubungan, sampai proses menangani kasus bunuh diri di apartemen elit sejak hari kemarin. Begitu juga dengan aktivitasnya sebagai seorang ayah sekaligus bekerja di divisi lama.

Baguslah. Bayu tidak mendengar nama laknat yang tak bisa disentuhnya lagi. Asalkan keluarganya aman, Bayu tak ingin berurusan dengan manusia setengah iblis itu.

Lihat selengkapnya