Cawan Kosong

Celica Yuzi
Chapter #27

17 | SEBELUM BENCANA TIBA [2]

Bayu ditarik menuju gang terpencil di sekitar ruko yang mengelilingi persimpangan jalur kanan. Gang berbau apak, sedikit lembap dan berlumut akibat pipa pendingin menetes berkali-kali. Suara riuh jalan raya tidak akan mengganggu selama tidak ada yang melihat keberadaan Bayu dan si pejalan kaki—Jian.

“Bagaimana kabarmu, Bayu? Aku lihat, kamu lebih segar daripada terakhir kali kita bertemu,” sapa Jian memulai percakapan.

“Seperti yang kamu lihat, baik.” Bayu memilih menjawab singkat daripada berbasa-basi. “Bagaimana bisa kamu berada di sini? Kamu mengikuti sejak pagi?” Bayu menyipitkan matanya. Menatap penuh selidik kemunculan Jian yang mendadak.

“Aku hanya kebetulan lewat. Apa tidak boleh aku menyapa dan membicarakan sesuatu dengan temanku sendiri?”

Jian menurunkan topi dan maskernya. Betapa terkejutnya Bayu melihat kondisi lawan bicaranya.

Sorot mata dingin dan wajah rupawan yang terakhir kali Bayu ingat telah luntur. Bekas luka memanjang dari sudut bibir kanan hingga pipi menghiasi wajah rupawan Jian. Luka di alis kiri yang hampir mengenai kelopak mata rupawannya.

Tertegun sekian detik, Bayu kembali bertanya, “Siapa yang melakukan ini padamu?” 

Jian tersenyum tipis dan menundukkan pandangan ke tanah. “Kakakku.”

“Sudah gila ya dia?!” Kekhawatiran itu membludak menjadi sepercik amarah. Bayu tidak habis pikir dengan kekuasaan saudara Jian yang berani melukai saudaranya sendiri. Bayu mengusap wajahnya kasar setelah memperhatikan kondisi Jian yang mengenaskan. 

“Aku tahu kepribadiannya seburuk itu, tetapi kenapa dia tega sekali pada adiknya?”

“Luka yang kudapatkan hanyalah hal kecil,” ucap Jian masih mempertahankan senyuman kecilnya. “Aku pantas mendapatkannya.”

“Bodoh!” umpat Bayu yang semakin kesal. “Yang kamu alami ini adalah penyerangan dan penganiayaan!”

“Ini harga yang harus kubayar setelah hampir mencelakai keluargamu dan memutuskan berhenti menjadi asisten tukang kuburnya.” 

“Bagaimana dengan toko bungamu? Sekarang tinggal di mana?” Pertanyaan bertubi-tubi Bayu ajukan atas dasar kekhawatirannya. 

“Terima kasih sudah mengkhawatirkanku. Akan tetapi, ada hal yang lebih penting dari kondisiku. Kini situasinya semakin berbahaya dari yang kamu kira.”

“Apa berkaitan dengan berita ini?” Bayu mengangkat gulungan koran di tangannya. 

Jiang mengangguk kecil. “Ya. Apakah kamu ikut penyelidikannya?”

Lihat selengkapnya