Cawan Kosong

Celica Yuzi
Chapter #3

[BAB 3]

Huan datang membawa baki berisi poci dan dua cawan hijau zamrud berpola antik. Hara sedikit kagum melihat Huan menuang teh pada dua cawan itu hati-hati. Jernih dan berwarna pekat, aromanya bagai teh melati. Uap yang mengepul itu mengeluarkan harum manis. Berbeda dengan segelas teh manis yang baru ditandas wanita itu.

Huan menyerahkan salah satu cawan untuk Hara. "Dengan segala hormat, tolong terima teh ini sebagai tamu istimewa saya."

Hara terkekeh geli. Pria jangkung itu terlihat kaku. Agar tidak menimbulkan keheranan Huan, wanita kuncit kuda itu menerimanya. "Terima kasih untuk tehnya. Seharusnya tidak perlu repot-repot begini."

Huan mengangguk. "Sudah kewajiban pemilik rumah melayani tamu. Apalagi, saya dengar kamu salah satu pelanggan kakek yang sangat disayangi." Hara terdiam diam, hanya menampilkan senyuman tipis menanggapi jawaban Huan.

"Kamu tahu, menghormati dalam minum teh itu ada ceritanya?" Huan memulai topik baru.

Hara menatap Huan tanda tanya. "Oh ya?"

"Sebenarnya hanya untuk menghormati orang yang lebih tua atau posisinya yang paling tinggu dalam suatu pertemuan."

Hara menaruh cawannya ke meja. Ia tertarik untuk menyimak ceritanya.

"Jadi, bagaimana ceritanya?"

"Waktu SD, Ibuku pernah menceritakan ini. Saat Zaman Dinasti Qing berjaya, ada seorang kaisar yang menyamar menjadi rakyat biasa. Hamba-hambanya yang ikut menyamar dilarang memboncorkan identitasnya di manapun mereka berada. Saat mereka di restoran, kaisar tidak mempermasalahkan enak atau tidaknya makanan. Lalu pesanan teh datang, kaisar menuangkan tehnya kepada para pengikutnya. Tapi sayang, hamba-hambanya tidak bisa bersujud karena kebaikan sang kaisar, itu hanya akan mengungkapkan identitasnya. Karena mereka tidak bisa melakukannya langsung, mereka melakukan ini."

Huan menghadap ke meja. Membungkuk jari-jarinya dan mengetuk meja sekali. Cerita sederhana itu membuat Hara terpukau.

"Wah, ternyata mereka sangat menghormatinya. Lalu meminum teh keluargamu sama seperti pengikut kaisar itu?"

"Tentu tidak. Kita sudah di zaman modern, akan lebih baik jika mengangguk kepala atau berkata terima kasih."

Hara mengangkat cawannya ke depan wajahnya sendiri. Kepalanya agak tertunduk sebagai rasa hormat.

"Saya benar-benar menghormatimu, terima kasih banyak." Kemudian Hara menyesap teh perlahan agar lidahnya tidak melepuh.

Lihat selengkapnya