Ceezyco

Dyah Afifah Palupi
Chapter #3

Sebuah Peristiwa

“Nak, pelan-pelan ngayuh sepedanya!” seru seorang wanita bergaun biru selutut sembari mengejar seorang anak laki-laki berusia 5 tahun yang tengah menaiki sepeda roda tiga itu. 

“Kejar aja kalau bisa!” balas anak itu dengan tawa yang lepas. Ia terus mengayuh sepedanya dengan segala daya upaya, berusaha supaya wanita itu tidak dapat menyusulnya. 

“Nak awas!” seru wanita itu, namun anak itu terlambat menyadari seruannya, ia kehilangan kendali dan jatuh di atas jalan beraspal. Ingin rasanya ia segera bangkit, namun kesulitan karena merasakan nyeri di lutunya yang terluka itu. Tampak wanita tadi berlari mendekatinya dengan sekuat tenaga. Namun tidak jauh dari tempatnya terjatuh, sebuah mobil hitam dengan kelajuan tinggi mendekatinya dan hilang kendali. Anak itu terlalu takut untuk memikirkan hal apa yang seharusnya ia lakukan untuk menyelamatkan dirinya sendiri yang ia lakukan hanya menangis.

Sang sopir yang kebingungan, memilih mengemudikan mobilnya ke tepi jalan seberang, berniat mengorbankan keselamatannya daripada merenggut nyawa seorang anak kecil yang tidak berdosa itu. Namun niat baiknya meleset, seorang wanita tampak sedang berdiri di seberang jalan dengan posisi membelakangi jalan sembari melambaikan tangannya pada seorang laki-laki yang tengah menggendong anak perempuan. Semua terjadi begitu cepat dan tragis, insiden itu membuat anak laki-laki tadi merasa sangat bersalah. Walaupun sebenarnya ini semua terjadi lantaran ia hilang kendali ketika berniat menghindari seekor kucing yang berdiri di tengah jalan karena tidak ingin kucing itu terluka. 

Meong! sekarang ini Ico tidak bisa mengelak, perlahan dia membuka matanya. Dan benar saja seekor kucing berbulu putih tengah mengendus-endus hidungnya, sontak ia pun berteriak dan menjauhkan diri dari hewan berbulu itu. 

“Hus, hus p-pergi sana,” ucapnya dengan gugup. Bukannya semakin menjauh hewan itu malah semakin mendekat dan menggeliat di kaki Ico. Kejadian di masa kecilnya tak lantas membuat Ico membenci kucing, hal itu malah membuatnya menakuti hewan itu. Seakan jika hewan itu berada di dekatnya, nyawanya yang akan terenggut. 

Terdengar beberapa kali ketukkan di pintu kamar Ico. Ico yang mengetahui itu adalah bibi segera berteriak minta tolong. Bibi lalu masuk dengan sebuah nampan yang di atasnya terdapat susu dan telur mata sapi. Bukannya segera menolong, bibi malah mematung dan seketika itu pula tawanya pecah ketika melihat posisi anak tuan rumahnya yang berdiri di atas meja sudut kamar dengan seekor kucing berada di dekat kakinya. 

“Hahaha, Mas Ico kenapa?” tanya bibi masih tertawa.

“Udah lah Bi, c-cepet bantuin Ico u-usir kucing ini,” ujar Ico masih ketakutan.

Bibi berjalan mendekatinya dan tawanya masih belum terhenti, dibopongnya kucing itu dan dia elus-elus kepalanya.

Lihat selengkapnya