Ceezyco

Dyah Afifah Palupi
Chapter #4

Binar

Tirai kelabu melambai ketika angin malam menyapanya, udara dingin berembus tak karuan berupaya masuk melalui jendela. Malam ini Ico sengaja mematikan AC kamarnya karena sedang ingin merasakan hawa dingin dari luar. Setelah bertahun-tahun lamanya berusaha tidak ingin tahu tentang hal-hal yang berhubungan dengan fobianya, malam ini Ico membulatkan tekadnya untuk mencari tahu. Dalam dunia medis, fobianya dengan kucing disebut ailurofobia atau felinofobia. Fobia ini dapat disebabkan oleh beberapa hal, misalnya karena melihat reaksi ketakutan orang lain terhadap kucing atau karena adanya peristiwa buruk dengan kucing di masa lampau.

Ia melihat sekilas daftar yang dibuatkan bibinya pagi tadi. Pada deret pertama tertera perintah untuk mencetak foto kucing dari internet. Ico segera mengetikkan “gambar kucing” di bar pencarian. Tak lama kemudian, muncul beberapa foto-foto kucing di bagian paling atas disusul dengan artikel-artikel mengenai kucing dibawahnya. Ia sedikit bergidik melihat gambar-gambar kucing yang seakan tengah menatapnya itu. Dipilihnya salah satu dan segera ia cetak. Sengaja Ico mencetaknya dengan ukuran agak besar disesuaikan dengan ukuran kucing yang asli. Ia duduk di tepi tempat tidurnya sembari memegang gambar kucing yang baru dicetaknya itu. Selanjutnya, ia harus menatap gambar itu hingga ia tidak merasakan ketakutan lagi. Ia melirik gambar itu dengan ragu, menarik napasnya dengan perlahan dan mencoba menenangkan dirinya. Awalnya Ico hanya mampu melihatnya hingga 3 detik, namun ia terus mencoba dan mencoba. Meskipun akhirnya ia hanya mampu bertahan tak lebih dari 10 detik. Karena merasa lelah, ia memutuskan untuk melanjutkannya besok saja. Ia membaringkan tubuhnya sembari memeluk gambar itu, sukmanya membawanya terlelap ke dalam kegelapan. 

Kilauan cahaya matahari menyilaukan matanya, membuatnya tak betah berlama-lama menutup mata. Ico melihat gambar kucing yang masih dalam pelukannya, tunggu dia merasa ada sesuatu yang janggal. Cetakan itu menjadi mengembang dan bergerak-gerak. Ico mulai was-was, perasaannya tidak enak. Perlahan muncul sesuatu berbentuk bulat dan berbulu, di bagian atas kedua sisinya terdapat sepasang telinga. Sesuatu itu adalah kepala kucing. Ico langsung terperanjat, dan tanpa pikir panjang lagi ia segera menjauhkan dirinya dari hewan itu. Sebelum ia mendekat sebaiknya Ico segera memanggil bibi untuk menyelamatkannya. 

Bibi yang mendengar teriakan panik anak tuan rumahnya segera berlari sekuat tenaga menuju kamar Ico, takut-takut ada suatu hal yang membahayakan. Namun, sesampainya di kamar, hanya tawa yang Ico dapatkan. Tanpa perlu diberitahu, bibi langsung mengambil kucing putih yang entah bagaimana selalu bisa keluar dari kandangnya yang terkunci rapat-rapat itu. 

“Bi, kok kucing itu selalu ngagetin sih. Tiba-tiba muncul disini, tiba-tiba muncul disana,” keluh Ico sembari turun dari meja.

“Iya nih Mas, Bibi juga bingung, padahal wis tak kunci lo Mas,” bela bibi.

Ico hanya mengangguk-anggukkan kepalanya tak mau memperpanjang masalah. 

“Oh iya Mas, piye daftar yang pertama udah bisa?” tanya bibi.

“Belum Bi, Ico cuman bisa ngeliatin gambar itu nggak lebih dari 10 detik. Belum berhasil sama yang pertama aja udah dikagetin sama ni kucing,” ujar Ico sebal.

Lihat selengkapnya