Ceezyco

Dyah Afifah Palupi
Chapter #6

Bola Basket

“Ha? Jadi kamu cuman minta itu?” tanya Ico tak percaya.

Binar menganggukkan kepalanya pelan. 

“Aku kira kamu mau minta yang macem-macem, rumah, mobil, atau apartemen. Ternyata cuman bola basket?” tanya Ico sekali lagi memastikan.

Lagi-lagi Binar hanya menanggapinya dengan anggukan.

“Buat apa bola basket?” bingung Ico.

“Sebenernya aku suka banget main basket. Tapi karena kondisi ekonomi keluarga aku yang kurang baik, aku nggak bisa beli bola basket. Aku dulu pernah punya bola basket, tapi akhirnya rusak karena emang udah aku pake dari kecil,” terang Binar.

“Yaudah, nanti pulang sekolah kita beli sama-sama ya, jangankan satu, kalau kamu mau seribu juga bakal aku beliin,” ucap Ico.

“Makasih ya Kak,” kata Binar sembari tersenyum.

“Iya sama-sama, sekarang kita balik ke kelas aja ya,” usul Ico. Binar mengiyakan lalu mengekor.

Binar menunggu dengan sabar di lobi sekolah, Ico bilang ia lebih baik menunggu Ico menyelesaikan hukumannya disana. Katanya kalau nanti Binar menunggu di depan toilet cowok, apakah tidak aneh seorang cewek menunggu di depan toilet cowok. Lagi pula toilet itu bau dan jorok, Ico tidak ingin Binar merasa tidak nyaman di sana. Hampir setengah jam menunggu, tampak seorang siswa laki-laki berjalan mendekatinya. Binar menyipitkan matanya untuk memperjelas penglihatannya. Ketika telah dekat laki-laki itu kemudian duduk di sebelah Binar dan menyapanya.

“Hai, lagi nunggu Ico ya?” tanyanya mencoba akrab.

“Iya, kakak siapa ya?” Binar balik bertanya, ia tahu bahwa itu adalah kakak kelasnya karena melihat bet kelas yang di pakai laki-laki itu. Ia tidak dapat mengetahui nama laki-laki itu karena name tagnya tidak dipasang.

“Oh, kenalin aku Adnan, kamu Binar kan?” tanyanya sembari menjulurkan tangan.

“Iya,” jawab Binar menerima juluran itu.

“Kalau gitu aku duluan ya,” pamit Adnan lalu pergi. 

Binar hanya memperhatikan saja kepergiannya, perlahan ia tak tampak lagi ketika telah keluar dari gerbang. Sampai-sampai Binar tidak menyadari bahwa Ico sekarang sudah duduk di sebelahnya. Merasa tidak di sadari kehadirannya Ico menepuk pelan pundak Binar. Binar refleks menoleh karena kaget.

“Ngeliatin apa sih?” tanya Ico penasaran.

“Eh, nggak ngeliatin apa-apa,” sahut Binar.

“Yaudah, yuk,” ajak Ico.

Di sepanjang perjalanan Ico terus mengoceh, sedangkan Binar hanya menanggapinya dengan anggukan dan jawaban seperlunya. Ico meminggirkan motornya ke tepi jalan, di sana berdiri sebuah bangunan bertuliskan “Toko Peralatan Olahraga Antero”.

“Yuk masuk,” ajak Ico

Lihat selengkapnya