Kok dia belum dateng ya, batin Binar sembari menatap room chat nya dengan Ico. Gadis itu tengah duduk di sebuah kursi kayu teras rumahnya. Ia mengenakan kaus putih berlengan pendek yang dipadukan dengan baggy pants warna hitam, rambut hitam pendeknya dibiarkan tergerai dan sepasang flatshoes abu-abu menghiasi kakinya. Sebulan sudah ia mengenal Ico, laki-laki tampan dengan segala tingkah anehnya. Selama itu pula, Ico menjadi pacar pura-puranya di depan Kak Dione. Ia adalah laki-laki yang bersama Binar di rumah sakit dan orang yang menghampiri Ico ketika ia mengantarkan Binar ke rumahnya. Sebuah moge warna hitam berhenti di depan pekarangan rumahnya, namun itu bukanlah kendaraan milik Ico. Laki-laki itu membuka helm yang menutupi wajahnya, sekarang Binar dapat melihat dengan jelas siapa dia.
“Kak Adnan?” tanya Binar sembari menghampirinya.
“Hai,” sapanya sambil tersenyum canggung.
“Ada apa ya Kak?” tanya Binar.
“Ini, ada titipan dari Ico,” ujarnya sembari memberikan sebuah kotak berwarna putih dengan sebuah pita diatasnya.
“Loh, Kak Ico nya mana?” tanya Binar.
“Bentar lagi juga sampe,” sahut Adnan.
“Oh, yaudah makasih ya Kak,” ujar Binar sembari menerima kotak itu.
“Iya, aku balik dulu ya,” pamitnya sembari menaiki mogenya.
Binar menatap kotak itu dengan penuh kebingungan. Kenapa bukan Kak Ico yang ngasih sendiri ya? tanya Binar dalam hati. Baru saja ingin membuka isi kotak itu, orang yang dinantikannya muncul dari perempatan gang rumahnya. Ia segera memasukkan kotak tadi ke backpack abu-abu yang digendongnya. Ico tersenyum kearahnya lalu memberhentikan motornya tepat di depan Binar.
“Maaf ya tuan putri, saya telat. Tadi ngurusin Izy dulu soalnya, tumben hari ini manja banget,” terang Ico.
“Iya pangeran,” jawab Binar singkat. Setelah cukup lama berteman dengan Ico, Binar tidak segan lagi untuk bergurau dengannya.
“Berarti kita jadi sepasang kekasih dong,” lontar Ico.
“Ih, apaan sih. Ayo berangkat,” ajak Binar.
“Ini helmnya tuan putri,” ucap Ico sembari memberikan sebuah helm berwarna hitam kepada Binar.
“Tunggu, jangan naik dulu,” cegah Ico, “aku cuman mau bilang kalo kamu cantik banget hari ini. Eh bukan hari ini deng, biasanya juga cantik. Tapi tiap hari cantiknya nambah,” puji Ico.
“Bercanda mulu kerjaannya,” protes Binar sambil berusaha menyembunyikan rona di wajahnya.
“Kalo soal kamu aku mah, aku nggak pernah bercanda,” ucap Ico serius, “ayo naik.”
Hari ini Ico akan menemani Binar latihan bola basket di sebuah taman yang letaknya cukup jauh dari tempat tinggal Binar. Taman itu kebetulan menyediakan fasilitas olahraga salah satunya lapangan basket.
“Makasih ya Kak,” ucap Binar di tengah perjalanan.
“Buat?” tanya Ico bingung.