Ceezyco

Dyah Afifah Palupi
Chapter #10

Es Krim Rasa Ikan

“Kamu siapa?” tanya Ico yang terlihat kaget.

“Aku Izy,” katanya sembari tersenyum dan menunjukkan deretan giginya.

Mulut Ico menganga tidak percaya. Ia melihat tampilan wanita itu dari ujung kepala sampai ujung kaki. Wanita itu mengenakan pakaian semacam kostum berbentuk kucing. Bulu putih lebatnya tergantikan dengan rambut panjang yang juga berwarna putih. Wajahnya sangat cantik dan imut sama ketika ia masih menjadi kucing. Tapi bedanya, ketika Izy menjadi kucing badannya lebih padat dan berisi sedangkan wanita ini bertubuh mungil dan menggemaskan.

“Kamu beneran Izy?” tanya Ico memastikan.

Ia mengangguk lalu berjalan hendak keluar kamar.

“Eh, kamu mau kemana?” Ico berjalan menyusulnya.

“Keluar,” ucapnya singkat.

“Ya nggak bolehlah. Masak tiba-tiba ada perempuan keluar dari kamar laki-laki. Nanti kalo ada yang tau gimana? Bisa-bisa nanti mereka mikir yang nggak-nggak. Nanti kalo aku ditanya yang aneh-aneh aku harus jawab apa? Mana pakaiannya aneh gitu lagi,” beber Ico.

“Aku bisa ngilang atau berubah jadi kucing lagi kok,” sahutnya.

“Caranya?”

Izy menunjukkan sebuah kalung dengan liontin berbentuk kunci yang menggantung di lehernya. Ico melihatnya sebentar, ia sepertinya pernah melihat kalung itu sebelumnya. Kalung yang Izy pakai sama dengan kalung milik wanita yang sering muncul dalam mimpi Ico.

“Izy kamu sebenernya siapa sih? Kamu dateng dari mana? Kenapa kamu ada disini?” tanya Ico beruntun.

“Suatu saat nanti kamu bakalan tahu kok semuanya,” ujarnya sembari tersenyum lalu menghilang.

Ico melihat ke sekelilingnya namun Izy sudah tidak berada di sana lagi. Ia duduk di tepi kasurnya lalu meraih handphone yang berada di atas nakas kecil sebelahnya. Ia mencari sebuah kontak dengan nama Binar lalu mengeklik ikon telepon. Setelah cukup lama berdering akhirnya terdengar suara lembut seorang wanita dari seberang sana.

“Halo Kak,” sapanya.

“Hai, Binar. Makasih ya udah mau repot-repot ngasih aku hadiah.”

“Sama sekali nggak ngrepotin kok Kak. Gimana kakak suka hadiahnya?” tanya Binar.

“Suka banget, ini bakal jadi hadiah ulang tahun terbaik yang pernah aku dapetin.”

“Syukur deh kalo kakak suka. Maaf ya aku cuman bisa kasih kado yang sederhana dan nggak mahal.”

“Bagi aku pemberian dari kamu nggak akan dapat keitung pake nominal uang berapa pun banyaknya, aku bakal terus simpen dan jaga hiasan dinding yang kamu kasih ini,” ujar Ico tulus.

“Makasih ya Kak udah hargain pemberian dari aku. Sekali lagi selamat ulang tahun.”

“Iya sama-sama. Yaudah aku tutup dulu ya teleponnya,” pamit Ico.

Lihat selengkapnya