Ico segera berlari menghampiri ibunya yang sudah terkulai lemas dan hampir kehilangan kesadaran diri itu. Tak lama setelahnya bibi datang dan tampak panik melihat keadaan majikannya yang terluka.
“Mas, cepetan ambil kotak P3K di deket dapur, bibi tak ambil air buat bersihin lukane ibu,” ujar bibi memberi instruksi.
Ico mengangguk dan langsung berlari mengambil kotak itu, sedangkan bibi masuk ke dalam dapur untuk mengisi baskom dengan air.
Setelah meraih kotak itu, Ico segera menghampiri ibunya. Ia datang lebih dahulu daripada bibi.
“Bi, cepetan!” seru Ico.
“Iyo Mas, iki bibi lagi ngisi air. Mas Ico siapin plester luka, kain kasa, sama obat merah yang ada di dalem kotak itu dulu yo!” sahut bibi dari arah dapur.
Ico membuka kotak itu, namun ia tak menemukan satu pun peralatan pertolongan pertama maupun obat-obatan di dalamnya. Yang ada hanyalah sebuah kertas bertuliskan “Selamat Ulang Tahun Ico!” yang tertempel didasar kotak. Ico memasang raut muka kebingungan dan tiba-tiba terdengar suara tawa dari ibunya yang berada di sebelahnya. Bibi kemudian datang dari arah dapur dengan membawa sebuah kue yang diatasnya menyala dua buah lilin berbentuk angka satu dan tujuh. Tak lama setelahnya, ayahnya dan Erkan datang menyusul mereka sambil tersenyum sumringah. Ico memandang bingung ke arah ibunya dan meminta penjelasan darinya.
“Ico sayang, selamat ulang tahun ya Nak,” ucap ibunya sambil memeluk dirinya.
“Jadi, luka ini ... bukan sungguhan?” tanya Ico masih tak mengerti.
“Iya, ini ceritanya lo lagi di prank. Masak gitu doang nggak ngerti sih,” ledek Erkan tiba-tiba.
Ico melirik Erkan sinis, namun Erkan malah memalingkan pandangannya sembari menaruh kedua lengannya di saku celana.
“Tadinya kami mau memberi kamu kejutan dengan mengadakan pesta kecil-kecilan ketika kamu sudah pulang, makanya kita menyuruh Erkan untuk mengajak kamu pergi. Tapi Erkan tadi menelepon dan memberi tahu kami kalau kamu tiba-tiba ingin pulang, jadi kami hanya sempat memesan kue ini saja,” terang ayahnya.
“Tidak apa-apa kok Yah, hanya seperti ini saja sudah membuat Ico bahagia. Terima kasih ya semua,” ujar Ico.
“Selamat ulang tahun ya Nak,” ucap ayahnya sambil memeluk anaknya itu.
“Dedek Erkan nggak mau dipeluk nih?” celetuk Erkan sembari bersedekap dada dan berekspresi seperti orang yang sedang cemburu.
Ico merentangkan kedua tangannya dan memeluk sahabatnya itu.
“Makasih ya Dek,” ujar Ico sambil menepuk-nepuk punggung sahabatnya itu.
“Iya Bang, sama-sama,” jawab Erkan lalu membalas tepukan Ico dengan lebih keras.