Ceezyco

Dyah Afifah Palupi
Chapter #13

Kue Ulang Tahun

“Izy?” tanya Ico memastikan.

Wanita itu tersenyum lebar sampai kedua matanya menyipit.

“Kamu ngapain di sini?”

“Nih, makan kue,” jawabnya sambil menunjukkan tiga potong kue yang salah satunya sudah ia makan setengah itu.

“Kamu ambil kue banyak banget,” ucap Ico.

“Biarin, kenapa nggak suka? Lagian cuman kue doang. Ico kan kaya, Izy makan kue banyak-banyak juga nggak bakalan bikin Ico jadi jatuh miskin kan,” protes Izy.

“Iya-iya bawel,” ketus Ico.

Ico melihat penampilan Izy malam ini, ia mengenakan dress berwarna navy yang bagian depan dress-nya lebih pendek daripada bagian belakangnya. Rambut putih panjangnya ia sanggul ala bridal style bun. Sepasang anting-anting panjang dengan liontin mutiara dan sepatu high heels berwarna senada dengan bajunya menyempurnakan penampilannya malam ini. Jangan lupakan kalung berliontin kunci yang masih setia menggantung di lehernya. Ico mematung cukup lama sambil menatap Izy, wanita itu cantik sekali malam ini. Bukan, lebih tepatnya sejak pertama kali bertemu dengannya, ia sudah sangat cantik. Kecantikannya bertambah dua kali lipat malam ini. Izy melambai-lambaikan tangannya di depan wajah Ico karena melihatnya tidak berkedip sama sekali sedari tadi.

“Ico!” seru Izy cukup keras, membuat beberapa tamu undangan di sekeliling mereka menengok ke arah mereka. Izy ikut-ikutan menengok ke belakang seolah bukan dialah pemilik sumber suara tadi.

“Kamu dapet baju, anting, sama sepatu ini dari mana?” tanya Ico.

“Buat Izy ini semua mah gampang,” ujarnya.

“Kamu nggak nyuri kan?” tanya Ico spontan.

“Ya nggak lah, lupa ya kalau Izy ini kucing ajaib.”

“Iya-iya,” sahut Ico.

“Gimana, Izy cantik nggak malem ini?” tanya Izy sambil berkacak pinggang dan memutar tubuhnya. Tenang saja, ia tidak terjatuh lantas ditangkap oleh Ico lalu terjadilah adegan tatap-tatapan seperti yang terjadi di dalam film-film.

“Iya,” jawab Ico pendek.

“Iya apa?” goda Izy.

“Iya, Izy cantik,” sahut Ico sambil memutar bola matanya malas.

“Makasih ... emang udah cantik dari lahir, hehe. Ico pasti lagi nyari Binar kan?” terka Izy.

“Iya, kamu tau nggak dia dimana?” tanya Ico.

“Tau dong, Izy kan pintar,” ujarnya memuji diri sendiri.

“Iya-iya, cepetan mana?” tanya Ico tak sabar.

“Tuh, lagi duduk sendiri sambil melamun,” jawabnya sembari menunjuk posisi Binar.

“Yaudah makasih,” ucap Ico lalu pergi meninggalkan Izy.

Ico menghampiri wanita dengan gaun berwarna kadru itu. Ico duduk di sebelahnya, sementara wanita itu seperti tidak menyadari kehadirannya. Binar masih menatap ke depan dan tenggelam dalam lamunannya.

“Ngelamunin apa sih?” tanya Ico menyadarkan lamunan Binar.

“Eh, Kak Ico.”

“Pasti lagi mikirin aku ya kan?” gurau Ico.

“Dih ... PD banget,” sahutnya sambil terkekeh.

“Kok duduk sendiri? Nggak gabung sama yang lain?” tanya Ico.

“Nggak ada yang aku kenal. Kan semua temennya Kak Ico,” ujar Binar.

“Iya juga ya, hehe. Oh, gimana kalau kamu aku kenalin sama temen aku. Bentar ya, aku ajak dulu orangnya kesini,” kata Ico. Binar belum sempat menjawabnya namun Ico sudah berjalan menjauh darinya. Ia mengaduk-aduk minuman yang ada di depannya sambil melanjutkan lamunannya. Tak lama setelahnya Ico datang sembari mendorong Izy dari arah belakang. Wanita itu masih berusaha memakan kuenya yang belum habis dan menampakkan ekspresi sebal karena Ico mengganggunya.

“Binar, kenalin ini Izy,” ujar Ico sambil merangkul Izy.

Lihat selengkapnya