“Kenapa?” tanya Ico.
Binar mengembuskan napasnya berat.
“Aku ngerasa aku terlalu egois, hubungan kita ini kayaknya jadi membebani kakak. Kita sama-sama bukan karena perasaan kita yang sama. Kakak mau jadi pacar aku karena kakak mau nolong aku. Cuman karena aku nggak mau dikejar lagi sama Kak Dione nggak seharusnya aku maksa kakak dan aku jadi kita,” papar Binar.
Ico meminggirkan motornya di depan sebuah kursi tepi jalan.
“Kita ngobrolnya sambil duduk aja ya,” ujarnya sambil mencopot helmnya. Mereka duduk di kursi itu dan terdiam cukup lama.
“Binar,” panggil Ico lembut.
Binar menoleh, wajahnya tampak tegang menunggu jawaban dari Ico.
“Mukanya nggak usah tegang gitu dong, santai aja hehe,” ucap Ico sambil mengacak-acak rambut Binar.
“Sebelumnya aku mau tanya sama kamu. Kamu mau kita udahan karena kamu ngerasa hubungan kita ini membebani aku?” tanya Ico tenang.
Binar mengangguk, tak berani menatap Ico.
“Binar, aku nggak pernah merasa terbebani dengan apa pun yang udah terjadi sama kita. Aku mau jadi pacar kamu, murni karena aku pengen nolong kamu,” terang Ico.
“Aku ngerasa udah bohong sama hubungan kita. Setelah aku pikir-pikir aku nggak sopan banget karena udah minta hal kayak gitu sama orang yang baru aja aku kenal, rasanya aku terlalu berlebihan,” lirih Binar.
“Jadi kamu nggak mau ada kebohongan?” tanya Ico.
Binar mengangguk.
“Kalau gitu, aku bakal bikin hubungan kita ini tanpa kebohongan lagi.”
“Maksudnya?” tanya Binar.