Ceezyco

Dyah Afifah Palupi
Chapter #15

Buku PR

“Ico, bangun,” ujar Izy sembari menggoyang-goyangkan bahu Ico.

Ico mengerjapkan matanya dan membukanya perlahan, wajah cantik Izy terpampang di depannya mungkin hanya berjarak satu jengkal dengan wajahnya. Ia langsung bangkit dan gelagapan.

“Sekarang jam berapa?” tanyanya dengan terengah-engah.

“Oh ... tenang, masih jam lima kok,” jawabnya.

“Ya ampun Izy ... terus kenapa kamu bangunin aku?” tanya Ico mencoba bersabar.

“Hehe, maaf ....” Izy menggunakan jurus andalannya, yaitu membesarkan kedua bola matanya sambil memasang raut muka imut.

“Iya-iya, yaudah aku tidur lagi ya. Nanti juga paling dibangunin sama bibi kok,” kata Ico lalu merebahkan tubuhnya.

“Ico ...,” panggil Izy.

“Hem?” gumam Ico.

“Sebenernya ... sekarang udah jam setengah tujuh, hehe.”

Ico membelalakkan matanya kaget. Ia segera bangkit dan mengambil seragam di lemarinya kemudian bergegas masuk ke dalam kamar mandi.

“Ico ....“ Izy memanggil lagi.

“Apa? Aku buru-buru nih,” sahutnya dari dalam kamar mandi.

“Maaf ya, Izy cuma bercanda tadi. Ico jangan marah ya, nanti kalo marah gantengnya ilang lo,” bujuk Izy.

“Iya-iya bawel.”

“Yaudah Izy pergi dulu ya, Izy sibuk. Hati-hati naik motornya, selamat belajar Ico,” ujar Izy lalu menghilang.

Lima menit setelahnya, cowok itu sudah keluar dari kamar mandi. Ia menyisir rambutnya yang basah dengan jari-jari tangannya lalu memakai dasi dan ikat pinggang. Terakhir ia mengenakan kaus kaki dan sepatu sekolah miliknya. Tak lupa ia memasukkan topinya ke dalam tas, lalu mencangkingnya keluar dari kamar.

“Ayah, Ibu, Bibi, Ico berangkat sekolah dulu ya,” pamit Ico.

“Kamu tidak sarapan dulu Nak?” tanya ayahnya.

“Tidak Yah, Ico sudah hampir terlambat,” jawabnya lalu menyalami ketiganya.

“Ya sudah, hati-hati ya Nak,” ujar ibunya.

Ico mengangguk lalu berlari menuju bagasi rumahnya. Ia segera menyalakan mesin motornya dan melaju dengan kecepatan penuh menuju ke sekolahnya.

Tampak gerbang sekolah masih terbuka dengan lebar. Ia menghela napas lega dan segera menuju ke tempat parkir. Setelah memarkirkan motornya, ia berlari menuju ke kelasnya. Namun dari kejauhan ia melihat Binar dan Erkan tengah berbincang-bincang dengan serius di depan kelasnya. Ico berdiri mematung sambil mengamati interaksi yang mereka berdua lakukan. Setelah Binar pergi, baru ia berjalan ke arah kelasnya.

“Erkan!” panggil Ico kepada Erkan yang hendak masuk ke dalam kelas.

Lihat selengkapnya