Binar memandang Ico kaget sambil mengerutkan alisnya.
“Loh, Izy ... kucing kakak?” tanya Binar.
Ico mengangguk sambil mengangkat kucing itu. Ia mengenalinya dari kalung yang tergantung di lehernya.
“Makanya, waktu kucing ini nyamperin aku tadi, kok kayaknya mirip sama kucing kakak. Tapi aku nggak yakin sih, masak iya kakak bawa kucing ke sekolah,” ujar Binar.
Ico mengangguk mengerti, ia kemudian menatap Izy yang tengah berada di gendongannya.
“Kok kamu bisa ada di sini sih?” tanya Ico.
Kucing itu hanya mengeong dan menatap Ico.
“Bisa dong, Izy gitu loh,” sahut Izy pada Ico.
“Sombong,” ketus Ico.
“Sombong?” tanya Binar bingung.
“Eh, bukan apa-apa kok,” jawab Ico gelagapan.
“Kok kucing kakak bisa sampe di sini? Kakak nggak bawa dia ke sekolah kan?” tanya Binar memastikan.
“Iya, aku nggak bawa dia kok.”
“Terus kenapa dia ada di sini? Masak iya dia jalan dari rumah kakak sampe sini.”
“Mungkin dia ngikutin aku waktu berangkat sekolah tadi.”
“Bukannya kakak ke sekolah naik motor ya? Setahu aku kakak tadi hampir telat jadi pasti ngebut naik motornya, nggak mungkin dong dia bisa lari sampe nyamain kelajuannya sama motor kakak.”
“Duh, aku juga nggak tau Binar kenapa dia bisa sampe sini.”
“Terus kucing kakak gimana dong? Kan habis ini masih ada pelajaran.”
“Gini aja deh, aku suruh sopir aku ambil dia aja ya,” ujar Ico. Tidak mungkin kan dia bilang kalau kucing itu bisa menghilang sesuka hatinya.
Ico berpura-pura mencari nomor telepon sopir pribadi yang ada di handphone-nya dan melakukan panggilan dengannya.
“Bentar lagi sopir aku dateng kok Binar, jadi nggak usah khawatir ya.”
“Yaudah kalo gitu, aku masuk kelas dulu ya Kak,” pamit Binar.
Ico mengangguk, Binar berbalik badan lalu masuk ke dalam kelasnya.
“Kucing nakal,” ujar Ico pada Izy.
“Biarin, Izy kan juga pengen sekolah biar pinter,” sahut kucing itu.
“Ya tapi, eh gue pergi dulu aja deh dari sini. Entar kalo ada yang liat gue ngobrol sama ni kucing bisa-bisa gue dibilang gila,” monolog Ico.
“Emang Ico gila,” ejek Izy.
“Mending kamu ngilang dulu aja sana,” usir Ico.
“Iya-iya bawel.”
Kucing itu langsung raib dari gendongan Ico. Ia kemudian berjalan menuju ke kelasnya karena jam istirahat akan segera berakhir.