Ico menghentikan laju motornya beberapa meter dari gerbang rumahnya. Sebelumnya, ia dan Izy mampir dulu ke minimarket untuk membeli es krim yang Izy inginkan. Mereka lalu duduk di depan minimarket itu karena Izy bilang ia ingin makan es krim itu di sana saja, dan dalam waktu yang singkat, sepuluh cup es krimnya habis tak bersisa.
“Turun,” suruh Ico pada Izy.
“Loh, kok Izy di suruh turun di sini? Kan belum sampe rumah Ico,”
“Nanti kalo orang rumah liat gimana?”
“Ya nggak papa dong, bilang aja kalau Izy mau main.”
“Yaudah,” sahut Ico sambil menghidupkan kembali mesin motornya.
Seorang pria berbadan gagah dengan seragam khas satpam menyambut kedatangan Ico dan segera membukakan pintu gerbang. Ico pun segera masuk ke dalam setelah berterima kasih kepada satpam itu. Ia lantas menyuruh Izy menunggu di teras rumah sementara ia memasukkan motornya ke dalam bagasi.
“Izy?” sapa seseorang dari arah belakang. Izy menoleh, terlihat ibu Ico berdiri di ambang pintu rumah sambil tersenyum ramah kepadanya.
“Eh, tante,” sapa Izy balik sambil berjalan mendekatinya.
“Ada perlu apa Sayang?”
“Mau main tante, hehe.”
“Kok nggak masuk?”
“Izy lagi nungguin Ico masukkin motornya.”
“Oh, tadi ke sini bersama Ico?”
“Iya ....”
“Ibu,” sapa Ico kepada ibunya. Ia lantas menyalami wanita itu, membuat Izy teringat akan sesuatu.
“Eh, Izy belum salim!” serunya sambil menepuk jidatnya kemudian menyalami ibu Ico.
“Lucu sekali sih kamu,” puji ibu Ico sambil mengelus rambut Izy dengan lembut.
“Hehe, makasih tante.”
“Ya sudah, ayo masuk,” ajak ibu Ico.
Ico dan Izy kompak menganggukkan kepala mereka dan berjalan mengekori ibu Ico.
“Ico ganti baju dulu ya,” pamit Ico.
“Izy, sini duduk,” ajak ibu Ico sembari menepuk-nepuk sofa kosong di sebelahnya.
Izy mengangguk menurut lalu duduk di sebelah ibu Ico.
“Bi, siapkan makanan untuk Ico dan temannya ya!” ujar ibu Ico setengah berteriak pada bibi yang tengah berada di dapur.
“Iya, Bu,” sahut bibi.
“Izy kok bisa bersama Ico tadi?” tanya ibu Ico memulai percakapan.
“Tadi nggak sengaja ketemu Ico di jalan tante, terus Izy ditawarin main ke rumah Ico,” karang Izy.
Ibu Ico memperhatikan penampilan Izy.
“Apa Izy tidak sekolah?”
“Eh, e ... sekolah kok tan,” sahut Izy.
“Sekolah di mana?”
“Sekolah di-“
“Satu sekolah dengan Ico Bu,” sergah Ico dari tangga.
“Satu kelas?” tanya ibu Ico lagi.
“Iya sekelas,” sahut Ico.
“Tapi kok Izy tidak memakai seragam?"