“Iya Yah, Ico ingat.”
“Semua hal yang berhubungan dengan orang tua kandungmu berhubungan dengan insiden itu.”
“Maksud ayah?”
“Dulu ayah dan ibu hampir putus asa karena kami tidak bisa memiliki anak selama bertahun-tahun. Padahal, segala cara telah kami lakukan. Kami sering memeriksakan diri ke dokter dan mereka mengatakan bahwa tidak ada yang salah dengan diri kami, mungkin kami hanya perlu bersabar. Selain itu kami juga mengikuti bayi tabung dan program hamil, namun kami tak kunjung di beri momongan. Akhirnya kami mencoba melakukan pemeriksaan lagi ke dokter, dan hasilnya ada tumor yang tumbuh di dalam rahim ibu kamu. Karena tumor itulah rahim dalam ibu kamu harus diangkat. Kami tahu kami tak mungkin bisa mendapatkan momongan lagi. Sempat terbesit di pikiran ayah untuk meninggalkan ibu kamu, tapi akhirnya ayah membuang jauh-jauh pikiran itu. Akhirnya kami memutuskan untuk mengadopsi seorang anak dari panti asuhan dan kami menemukan bayi mungil yang tampan. Sejak pertama kali melihat kamu, kami langsung memutuskan untuk merawat kamu. Kami mendengar dari perawat panti asuhan bahwa ada seseorang yang meninggalkan kamu di sana. Kami mencoba mencari tahu siapa sebenarnya orang tua kandung kamu, karena kami ingin meminta izin mereka untuk merawat kamu jika mereka memang tidak menginginkan kamu. Bertahun-tahun lamanya kami mencari tahu, namun kami tak kunjung menemukan titik terangnya. Hingga akhirnya karena insiden itu perlahan semuanya mulai terungkap, wanita yang meninggal dalam insiden itu adalah ibu kandung kamu.”
Ico tertegun mendengar pengakuan ayahnya. Dunianya seakan berhenti berputar. Entah bagaimana perasaannya kini, ia merasa lega, sedih, dan juga marah. Ia marah kepada dirinya sendiri karena merasa menjadi penyebab ibunya tiada.
“Ico yang sudah membuat ibu kandung Ico sendiri meninggal,” monolognya.
“Tidak Nak, insiden itu tidak disengaja, tidak ada yang menginginkan hal itu terjadi. Jadi, jangan salahkan diri kamu,” ujar ibu Ico sambil memegang tangan Ico.
“Tapi kalau saja Ico tidak terjatuh ketika itu, ini semua tidak akan terjadi,” sesal Ico.
“Berhenti menyalahkan diri kamu Nak. Ini semua murni karena kecelakaan,” tambah ayahnya.
“Lalu bagaimana dengan ayah kandung Ico apa dia masih hidup?” tanya Ico.
“Sebenarnya kami tidak tahu apakah beliau masih masih hidup atau tidak. Tapi kami memiliki fotonya. Setidaknya kamu bisa mengenal wajahnya jika suatu saat kalian bertemu, kalaupun beliau sudah tiada maka kamu dapat menyimpan fotonya sebagai kenang-kenangan,” ujar ayah Ico. Ibunya kemudian memberikan kepada sebuah amplop kepada Ico. Ico membuka amplop itu perlahan, di dalamnya terdapat foto seorang laki-laki yang mengenakan setelan kemeja putih dan celana hitam tengah tersenyum ke arah kamera.
“Dia ayah kandung Ico?” tanya Ico dengan mata berkaca-kaca.
“Iya Nak, laki-laki yang menggendong seorang anak kecil dalam insiden itu adalah ayah kamu. Namanya Pak Adikara. Setelah insiden itu, beliau melihat tanda lahir yang berada di lengan kamu dan menyadari bahwa kamu sebenarnya adalah anak kandungnya, beliau juga menunjukkan foto bayinya yang hilang dan wajah bayi itu mirip ketika dengan wajah kamu. Awalnya kami tidak percaya, karena bukti tanda lahir dan sebuah foto menurut kami kurang kuat. Kami baru percaya kalau beliau berani melakukan tes DNA, dan beliau pun menyanggupinya. Dan ternyata hasil tes DNA kalian sama. Kami sempat ingin mengembalikan kamu kepada ayah kandung kamu, namun beliau malah memberi izin kepada kami untuk merawat kamu. Bukannya beliau marah atau tidak menginginkan kamu, tapi karena beliau melihat cinta kami yang begitu besar kepada kamu. Mungkin beliau juga merasa kasihan kepada kami karena kami tidak bisa memiliki momongan,” papar ibunya.
“Tapi siapa sebenarnya yang meninggalkan Ico di panti asuhan? Jika ayah kandung Ico saja sebenarnya menginginkan Ico.”
“Sayangnya kami tidak sempat menanyakan hal itu kepada beliau. Kami hanya bertemu beliau satu kali saja kemudian setelahnya beliau menghilang dan sulit untuk dihubungi,” ujar ayahnya.
“Jadi, anak kecil yang digendong oleh ayah kandung Ico dalam insiden itu adalah saudara kandung Ico?” tanya Ico.
“Iya Nak, dia adalah adik perempuan kamu. Selisih usianya tidak jauh berbeda dari kamu,” terang ibu Ico.
“Ini semua terlalu mengejutkan untuk Ico. Tapi Ico lega karena bisa mengetahui ini semua,” ujar Ico.