Keesokan paginya, bibi mengetuk pintu kamar Ico untuk membangunkannya. Sungguh, ini masih pagi sekali bahkan mungkin ayam jago saja belum bangun. Ico membuka pintu kamarnya malas sambil menguap lebar.
“Ada apa sih Bi? Masih pagi banget juga,” tanya Ico sembari menggaruk rambutnya.
“Maaf Mas, ada yang titip bunga matahari di pos satpam katane buat Mas Ico,” ujar bibi.
“Yaudah nanti aja deh Ico ambil,” ujar Ico.
“Tapi pak satpam tadi dipesenin sama yang ngasih bunga itu katane Mas Ico suruh ngambil bunga itu secepetnya.”
“Yaudah Ico telepon pak satpam aja suruh anterin aja ya.”
“Yowes Mas, bibi lanjutin beres-beres dulu yo,” pamit bibi.
Ico mengangguk sembari menutup pintu kamarnya. Ia berdiri di lorong depan kamarnya sambil mencari nomor telepon satpam rumahnya. Setelah menemukannya ia segera meneleponnya.
“Halo Mas Ico,” sapa satpam itu.
“Iya Pak, tadi ada yang ngasih saya taneman bunga matahari ya?”
“Iya Mas.”
“Yaudah tolong dianterin ke teras depan ya.”
“Siap Mas,” sanggup satpam itu.