Cek Ombak (Melulu)

Rina F Ryanie
Chapter #21

21. Keputusan Terakhir Tanpa Cek Ombak

Tiba di butik, tanpa basa basi Igo masuk ke ruangan Rosa dan langsung duduk di kursi depan meja kerjanya.

Rosa yang saat itu sedang mendesain pakaian, tertegun sesaat melihat Igo tiba-tiba sudah berada di depannya.

“Igo? Nggak bareng Kika? Dia ke mana dulu?” tanya Rosa seraya celingukan ke arah luar.

“Aku belum ketemu Kika, Ma. Mungkin ia masih di kampusnya. Ma ...”

“Hmm, ada apa? Kamu sudah makan? Mama tadi pesan dimsum lho. Kayaknya masih banyak deh. Makan dulu, gih!” tukas Rosa menyuruh Igo mengisi perut dulu. Ia masih saja perhatian terhadap Igo dan selalu khawatir belum makan.

“Aku lagi nggak pengen makan. Aku cuma mau sampaikan undangan Papa untuk makan malam nanti di Lovin's Cafe. Papa sudah mempersiapkan buat permohonan maafnya sama Mama. Please, Ma ..., demi aku, terima ya?”

Igo menyatukan kedua telapak tangan di dadanya dengan muka memohon. Rosa tak segera menjawab. Ia seolah sedang berpikir-pikir dulu. Namun, tak lama kemudian ia menyetujuinya.

“Ok, Mama akan datang, tapi dengan syarat, papamu mau kasihkan tempatnya untuk acara yayasan Mama!” jawabnya cukup mempersulit Igo. Meskipun ragu, namun Igo tak mau ambil pusing.

“Itu perkara mudah. Papa pasti menyetujuinya, Ma. Aku jamin! Dia akan melakukan apa saja asalkan Mama mau datang dan memaafkannya.”

“Kamu kok yakin banget sih? Ngomong aja belum.” Ujar Rosa setengah bercanda.

Igo nyengir, lalu bangkit dan mencium pipi mama tirinya itu.

“Yakin banget! Makasih ya, Mamaku sayang. Oh iya, dimsumnya mana?”

Rosa terpaku sambil memutar-mutarkan kedua bola matanya melihat kelakuan anak tiri kesayangannya itu.

“Tadi bilangnya nggak mau makan ....”

***

Suasana malam di Lovin's Cafe di balkon lantai dua. Tempat yang biasa Igo dan Kika gunakan ketika janjian, kini disulap menjadi dinner set yang sangat cantik. Meja bertaplak putih berenda dihiasi nyala lilin dan pas bunga berisi bunga warna-warni. Juno tampak sudah lebih dulu datang. Ia sempat ragu kemudian celingukan mencari-cari seseorang. Tak lama kemudian Rosa datang dengan gaun merah marun yang anggun. Juno langsung terpesona, lalu mempersilakan dengan menarik kursi untuk diduduki istri yang sudah sangat dirindukannya. Jun tampak menyerahkan setangkai mawar merah yang diterima Rosa dengan senyum tersipu-sipu.

“Aku bahagia akhirnya kita bisa bertemu lagi. Kumohon kamu mau memaafkan aku,” ucapnya setengah berbisik.

“Aku juga Mas, kamu harus maafkan semua salahku. Waktu itu aku tak bisa menahan emosi ....”

Belum sempat menyelesaikan ucapannya, Rosa terdiam kala Juno meletakkan telunjuknya di bibir Rosa.

“Sstt! Sudahlah! Jangan dibahas lagi. Yang berlalu, biarlah berlalu. Sekarang kita mulai lagi hadapi perjalanan hidup kita bersama-sama. Maukah kamu berjanji untuk menua bersamaku?” tukasnya seraya menatap lembut istri yang bikin ia jatuh cinta sebenar-benarnya.

Rosa yang masih tersipu, menganggukkan kepalanya malu-malu sambil menyembunyikan merah di wajahnya.

“Ma-mau, Mas. Aku janji.” Akhirnya, kalimat itu meluncur dari bibir Rosa yang dipoles lipstik merah.

Tangan Papa Jun meraih jemari Rosa untuk kemudian saling bertaut.

Di sudut ruang tersembunyi, Kika dan Igo saling toas. Mereka berhasil menjalankan misinya, yaitu menyatukan orang tua mereka kembali.

“Papa lo sepertinya bakalan balik ke rumah gue lagi. Lo ikut juga kan? Gue sepi nggak ada lo!” ucap Kika tiba-tiba.

“Enggak, gue sementara tetap di resto aja dulu,” jawab Igo dengan kalem.

Igo berusaha menahan senyum ketika Kika terlihat tak suka dengan jawaban yang tak diharapkannya.

“Lo kenapa sih? Sombong amat. Restoran lo nggak bakalan ada yang angkut juga, kali!” protes Kika dengan sedikit meradang. Namun ia membekap mulutnya sendiri ketika sadar ucapannya takut didengar orang tuanya yang tak jauh dari tempat ia dan Igo bersembunyi.

“Bukan gitu! Deket-deket lo terus, gue takut nggak bisa menahan diri dari godaan!”

“Katanya saudaraan, kok bisa nggak nahan gitu, sih?

“Katanya lo nggak mau kita saudaraan doang ... .”

Kika menatap Igo dengan sorot mata tak mengerti.

“Kita cabut, yuk! Nanti keburu ketauan bokap sama nyokap, bisa gawat!”

Kika menurut saja ketika tangannya ditarik Igo meninggalkan kafe serta sejoli yang sedang beromantis-romantisan itu.

Lihat selengkapnya