"Aku hanyalah lelaki titisan Adam yang tidak mungkin berani mengulang dosa leluhur demi sebuah hasrat atas nama cinta. Aku menghormatimu seperti menghormati ibuku."
Sejak kemarin malam Dokter Alina standby di Instalasi Gawat Darurat RS. Setia Medika. Kondisi kota yang sedang tegang akibat pandemi, menyebabkan pasien-pasien yang terinfeksi corona masuk instalasi ini tiada henti. Pasien terbanyak dengan gejala sedang sampai dengan berat.
Bersama empat rekannya, kesibukan menangani pasien membuatnya belum istirahat selama hampir 16 jam. Saat ini ia merasa lelah dan berniat pulang sebentar, sekedar untuk tidur nyenyak 3-4 jam, sebelum tiba jadwal dinas jaga berikutnya pukul 21 malam nanti.
Dokter Alina pun pamit kepada Dokter Attala, Chief IGD.
"Aku pulang dulu. Aku sudah lelah. Aku akan kembali jam sembilan malam." katanya sambil menyerahkan tumpukan berkas pasien bed 8, yang merupakan pasien terakhirnya saat itu. Ia merasa lega ketika seniornya galak itu tak membantahnya. Padahal tadi ia sempat ragu, mengingat begitu ramainya pasien yang berdatangan seharian ini.
Sambil berjalan menuju Lobby rumah sakit, ia mulai membayangkan kamar dan tempat tidur empuknya.
"Pak Warso, saya minta tolong dipanggilkan taksi dong." pintanya pada petugas keamanan di pintu lobby.
"Wah, susah, Dok. Dari tadi banyak keluarga pasien yang minta dicarikan taksi, tapi ngga dapet." Pak Warso menunjuknya serombongan orang yang tampaknya sedang menunggu di pintu lobby.
Aduh, bagaimana ini?
Memilih angkutan umum di tengah suasana pandemi seperti saat ini, pastilah bukan pilihan yang aman.
"Pulang kemana sih, Dok?" sebuah suara berbicara dari arah belakangnya.
Ia menoleh.
Ia melihat seorang pria, masih mengenakan jas putihnya, berdiri di samping Pak Satpam. Di depan mesin absensi.
"Kalau arah pulangmu dekat dengan Salemba, bisa sekalian jalan dengan saya." lanjut pria itu sambil memasukkan sejumlah angka password di mesin absensi.
"Wah, Dokter Rendra Abimanyu, terima kasih." Ia mengenalinya sebagai salah seorang dokter spesialis di rumah sakit ini.
"Saya mau Ke Cempaka Putih, Dok," dalam situasi sulit, menerima bantuan tentu terasa menyenangkan," nanti saya turun di Jalan By Pass saja, jadi saya bisa melanjutkan dengan bajaj."
"Boleh. Dengan senang hati," Pria itu mengangguk,"toh, bensin yang akan saya keluarkan sama saja meski mendapat tambahan satu penumpang cantik. Yuk, mobil saya di depan sana."
Tiga menit kemudian, Ia telah duduk di bangku di samping sopir.
"Maaf, Dok, kita belum kenalan ya. Saya Abimanyu. Bertugas di Kardiologi." Dokter Abimanyu mengulurkan tangannya