Celengan Rindu

Bisma Lucky Narendra
Chapter #17

Huru Hara Najwa

Kebaikan-kebaikan hari ini lahir karena kebaikan-kebaikan masa lalu. Pun sebaliknya. Begitulah hal repitisi selalu terulang di dunia ini, hanya masalah waktu, bentuk, wujud kejadian yang membedakan. Dan semua bisa melalui media-media tak terduga atas izin-NYA.


PoV Rendra Abimanyu

Aku limbung dan menghempaskan diriku di sampingnya dalam kejutan kenikmatan yang telah kuhindari selama bertahun-tahun.

Alina Bintang Maryam, Kekasihku, aku akan menyerahkan jiwa ragaku padanya.

"Menikahlah denganku, Sayang." Kataku memohon.

"Itulah yang dikatakan, Najwa. Kau akan meminta setiap gadis yang telah kau tiduri untuk menikah denganmu."

Kata-katanya ini bagai meninjuku.

"Jangan merusak suasana, Alina! Aku mengatakan padamu dengan sepenuh hatiku. Mengharapkan kau menjadi istriku dan ibu bagi anak-anakku. Maka dari itu, aku baru saja menanam benihku di rahimmu."

"Oh!" Dia nampak kaget.

"Ya, itulah yang terjadi." Aku masih kesal padanya. "Tidak perlu menjadi dokter untuk tahu cara mencegah spermaku bertemu telurmu, jika aku tidak menghendakinya. Apalagi ketika menyentuh tubuhmu, aku tahu kau sedang dalam masa suburmu."

Dia memandangku dengan tertegun.

"Kenapa? Kau menyesal?

Dia menggeleng. "Aku tidak menolakmu kan? Bagaimana mungkin aku menyesali?"

"Menolakku? Kuingatkan kalau kau lupa, kau yang malah memintanya tadi."

"Iya kah? Ah, aku tidak yakin. Aku gadis pemalu." Dia tersenyum lalu menelusupkan kepalanya ke lenganku.

"Gadis pemalu ya? Baiklah." Aku pura-pura mengalah.

Lama kami terdiam, menikmati kedekatan tubuh kami, tanpa kata-kata.

"Aduh, bajuku jauh di sana." Ia memandang gaunnya yang masih teronggok di dekat pintu. "Tutup matamu, Mas, aku mau ke toilet."

"Buat apa aku bersusah-susah menutup mata? Aku bukan hanya sudah melihat, bahkan aku sudah mencium seluruh tubuhmu."

"Kau membuatku terdengar seperti gadis murahan." Tiba-tiba wajahnya menjadi muram.

"Kau pikir aku mau berbuat begitu pada gadis murahan? Dengar." Aku menatap matanya, "kalau lelaki hanya membutuhkan perempuan untuk penyaluran libidonya, dia tidak akan peduli apakah perempuan itu kesakitan. Ia tidak mau tahu apakah partner seksnya merasa senang. Cukup baginya ia terpuaskan, dan selesai. Tetapi aku mencintaimu, Alina. Aku mencintaimu dari kepala hingga ujung kakimu. Aku mencintaimu bukan hanya fisikmu, juga jiwamu. Aku mencintaimu bukan hanya saat kau tersenyum secantik ini, tetapi juga sifat ngambekanmu yang sering membuatku kesal. Jadi, jangan lagi pernah kau berpikir bahwa kau bukan seorang yang istimewa bagiku."

"Baiklah. Kau pintar merayu." Sebelum ia bangkit dan berjalan ke kamar mandi, ia menggigit bahuku.

"Hei! Sakit, tahu!" Aku mengusap-usap bahuku. "Nanti, tolong bawakan aku handuk!"

Dia keluar dari kamar mandi dengan sudah memakai kimono.

Lihat selengkapnya