Celengan Rindu

Bisma Lucky Narendra
Chapter #20

Posesif

"Aku tak pernah tahu, betapa hidup bisa berubah hanya karena sepasang mata. Dan aku tak pernah tahu, rasa kian menjadi, hanya karena kita selalu dalam satu ruang. Sepasang mata yang mampu melucuti rasa. Sepasang tangan yang menyatukan hasrat."


Pov Alina

Sepulang dari Bali, Mas Bima menjadi overprotektif padaku. Jika sebelumnya, di hari Sabtu dan Minggu ia terkadang masih berpergian sendiri, kalau sekarang ia akan bertanya apa aku bisa ikut ke acaranya. Jika aku ada acara lain atau sedang malas keluar rumah, ia akan mengalah membatalkan acaranya dan memilih menemaniku. Di luar jam kerja, ia seperti selalu berada dimana aku berada. Hal itu kadang-kadang membuatku risih.

Ia juga tidak lagi mengizinkan aku menaiki kendaraan umum. Jika ia sendiri tidak bisa mengantar dan menjemputku, dia akan mengirim supir dan mobilnya untuk mengantarku kemana-mana. Sekali waktu aku mendadak ingin ke rumah sahabat saat kuliah dulu, aku tidak mengabarinya dan pergi menggunakan taksi. Saat tahu, ia marah.

“Aku tidak akan melarangmu pergi ke ujung dunia sekalipun. Tapi tolong beritahu aku dulu. Aku atau Pak Tulus yang akan mengantarmu.”

“Aku tidak ingin tergantung untuk hal sepele seperti ini padamu, Mas.”

“Kalau ada apa-apa, aku bertanggung jawab atas hidupmu, Alina.”

“Tidak ada yang mengharuskanmu begitu, Mas. Aku bertanggung jawab sendiri atas hidupku.”

“Aku sendiri yang mengharuskan, setelah keluarga Pakdemu meninggalkanmu.”

Aku terdiam mendengar kalimatnya. Rasa sakit kembali menjalari hatiku.

“Aku akan lebih tenang jika kau telah menikah denganku, Alina. Selama ini kau tidak pernah menjawab permintaanku itu, iya atau tidak.” Katanya

“Iya, aku mau, Mas. Tapi tunggu dulu.”

Lihat selengkapnya