Celengan Rindu

Bisma Lucky Narendra
Chapter #32

Anomali Rasa

Waktu yang merekam rasa dengan sempurnat entang cinta dan rindu,sementara kamu yang masih saja abai

Berbicara sepi ; mengadu tentang sunyi dering telepon genggam di sabtu malam, apa iya cinta cuma ada dan dirayakan diakhir pekan?

PoV Najwa

Papa marah padaku ketika kukatakan keluarga Bima akan datang melamar besok siang. Tetapi Papa kan memang begitu, dia selalu membela Alin. Seolah kebahagiaanku bukan prioritasnya jika harus berbenturan dengan Alin.  

Bahkan saat Papa Bima mengatakan tujuan kedatangan, Papa dengan terang-terangan menunjukkan bahwa ia tidak menyetujui rencana pernikahanku. Hanya Mama yang bertahan. Lalu dengan alasan mau ke kamar mandi, Papa masuk ke kamar dan tidak keluar lagi sampai keluarga Bima pulang. Akibatnya tentu saja Papa harus bertengkar dengan Mama. 

Dua minggu kemudian, di hari Sabtu pagi, akhirnya aku menikah denganmu, Bima. Setelah nyaris delapan belas tahun aku menyimpan cinta padamu. Setelah patah hati demi patah hati setiap melihatmu dekat, bahkan menikahi gadis lain.

Tak masalah walau aku harus menjadi istri kedua. 

Tetapi aku benci sekali melihatnya di sana, duduk di belakang Bima beserta keluarganya dengan wajah tenang. Tentu ia dengan perut buncitnya menjadi pusat perhatian para tamu yang hadir. Lalu saat penghulu menanyai persetujuannya, dengan wajah dibuat polos ia bertanya,

“Kalau saya tidak setuju, bagaimana Pak?”

“Kalau istri pertama tidak setuju, saya tidak jadi menikahkan.”

Lalu dia menatap lurus ke aku, seolah-olah ia hendak mengatakan bahwa tanpa izinnya tidak akan kudapatkan Bima.

Kulihat beberapa ibu-ibu yang hadir mengusap-usapnya saat Mas Bima mengucapkan akad nikah. Drama Pelacur itu kian sempurna ketika ibu mertuaku jatuh pingsan. Dengan demikian menunjukkan kepada semua tamu bahwa ibu mempelai lelaki tidak menyetujui. 

Selesai aku dan Bima menandatangani buku nikah, aku menatapnya: Resmilah Bima menjadi milikku. 

~~**~~


PoV Alina


Begitulah. 

Bagiku, selesai sudah hubunganku dengan Mas Bima saat ia mengucapkan akad nikahnya dengan Najwa. Hanya selama 17 bulan 10 hari sejak hari pertama ia menawarkan tumpangan untuk ikut dengan mobilnya, di Lobby rumah sakit. Hari-hari itu adalah masa-masa paling bahagia hingga usia 29 tahunku ini.


Begitu besar dorongan dalam diriku untuk pergi meninggalkannya sejak saat foto-foto itu aku lihat. Aku berada diantara ketakutan bahwa foto-foto itu adalah benar, sekaligus ingin tidak mempercayai apa yang ditunjukkan dalam foto-foto itu.

Lihat selengkapnya