Celestial Odyssey The unknown Horizon

Arya Sanubari
Chapter #4

Bab 3: Keindahan yang mematikan

Begitu Odyssey menembus sisi lain dari wormhole, layar utama di anjungan langsung dipenuhi oleh panorama kosmik yang menantang batas persepsi manusia. Cahaya bintang raksasa tipe K–berwarna keemasan pekat memancar dalam pusaran plasma, dikelilingi oleh ribuan planet dengan orbit tak beraturan. Masing-masing bersinar dengan warna yang berbeda: ada yang merah darah, biru kristal, hingga hijau zamrud, seperti permata yang mengorbit dewa matahari.


Namun di balik keindahan itu, ada ancaman nyata yang memanipulasi ruang dan waktu: sebuah black hole supermasif, menggantung diam di kejauhan, seperti lubang hitam pada kain realitas itu sendiri. Gravitasi ekstrimnya memutar cahaya menjadi bentuk spiral, dan bahkan waktu pun tampak melambat di sekitarnya.


“Ini… bukan hanya sistem bintang biasa,” desis Arya, matanya membelalak. “Ini... medan gravitasi kompleks. Kita sedang berada di dekat horizon peristiwa.”


Di antara pemandangan itu, satu planet mencolok. Berwarna biru tua legam, nyaris tanpa daratan, permukaannya memantulkan cahaya bintang dalam pola-pola kompleks yang menyerupai urat nadi. Permukaan cairnya nyaris membentuk cermin sempurna.


“Planet air,” gumam Arya, suara tercekat di tenggorokannya.


Dari ruang tak jauh di belakangnya, Profesor Sachi memeriksa spektrum elektromagnetik planet dengan lekas. “Komposisi atmosfer 90% uap air, sisanya gas-gas ringan dan senyawa eksotik... tapi tidak ada indikasi daratan tetap. Hanya satu massa cair global, kedalamannya belum terdeteksi. Ini bukan laut. Ini palung terbuka.”


Kapten Nakamura, berdiri tegak di anjungan, menatap layar taktis dengan wajah kaku. “Lock orbit. Kirim probe geo-spatial dan aktifkan sensor pasif. Jangan langsung hubungi permukaan. Kita pantau dulu selama dua siklus penuh.”


Namun, tak lama setelah orbit sinkronisasi tercapai, komunikasi internal Odyssey terganggu. Satu demi satu instrumen mengalami interferensi. Suara aneh mulai terdengar di saluran komunikasi, denyutan ritmis yang tidak beraturan, bercampur suara mendesing seperti gema bawah laut.


“Ini bukan interferensi acak,” kata Sachi, memperbesar pola frekuensinya. “Ada pengulangan... struktur harmonik... seperti sinyal komunikasi dalam basis-12.”


“Bukan alami?” tanya Nakamura, suaranya menurun.


Lihat selengkapnya