Kami terus bergerak maju, menembus sunyi tata surya yang asing. Di luar jendela kapal, bintang-bintang bagai mata yang menyala dalam kehampaan, memperhatikan kami diam-diam. Setiap planet yang kami lewati ibarat enigma kuno, tak hanya menunggu untuk ditemukan, tapi seolah menyimpan rahasia yang enggan dibagi. Atmosfernya bercampur elemen yang belum terdaftar dalam database, dan rotasinya menari melawan logika Newtonian. Namun yang paling mencengangkan adalah kehadiran black hole supermasif di tengah sistem ini, sebuah luka di ruang-waktu yang menyedot cahaya, suara, dan mungkin... nasib.
Di salah satu sudut observasi, Akari duduk menyendiri. Lututnya dipeluk erat, dagunya bertumpu di atasnya. Dari tempatku duduk, cahaya bintang raksasa memantulkan siluet wajahnya, membingkainya dalam aura yang lembut sekaligus melankolis. Tatapannya kosong, tapi aku tahu pikirannya sedang berkelana jauh mungkin ke masa lalu, atau ke sesuatu yang tak bisa dijelaskan dengan kata-kata.
Entah sejak kapan aku mulai memperhatikannya.
Tak seperti kebanyakan pakar antropologi yang kulihat di simposium akademik, tua, tenang, penuh ego ilmiah, Akari adalah anomali. Usianya masih muda, tetapi matanya telah melihat hal-hal yang tak bisa dijelaskan oleh makalah atau teori.
Aku mendekat, lalu duduk di sebelahnya. Suasana terasa hening, hanya diiringi dengung mesin kapal dan bisikan bintang yang terlalu jauh untuk didengar.
“Kau terlihat sangat terpesona dengan pemandangan ini,” kataku perlahan.
Ia tidak langsung menanggapi. Hanya hembusan napas yang pelan, seakan memilih kata-kata yang tepat dari ruang sunyi dalam dirinya.
“Dulu aku pikir... dunia adalah buku tua,” gumamnya. “Bahwa jika aku membaca cukup halaman, maka aku akan memahami segalanya. Tapi ternyata dunia itu bukan buku. Dunia ini... lebih seperti ruang kosong yang terus membentang, tak pernah selesai ditulis.”
Aku menyilangkan tangan, menatap ke arah bintang-bintang yang tak henti berkedip. “Ya. Alam semesta tidak peduli pada kita. Tapi justru di tengah ketidakpedulian itu, kita punya kesempatan untuk memberi arti. Menemukan sesuatu yang bisa mengubah cara kita melihat segalanya.”