Delapan tahun telah berlalu sejak insiden di planet air, dan bayang-bayang dari tragedi itu masih membekas di benak kami. Beberapa kru tidak pernah benar-benar pulih setelah keluar dari cryosleep. Ada yang kehilangan memori jangka pendek. Ada yang lebih mengerikan, bangun tanpa kesadaran siapa mereka.
Itulah mengapa kami tak pernah berhenti. Cryosleep bukan sekadar teknologi. Ia adalah garis tipis antara hidup dan kehilangan. Kami menghabiskan waktu di laboratorium, seperti biarawan dalam kuil sunyi, mengubah ulang setiap algoritma metabolik, memeriksa ulang distribusi senyawa krioprotektif, dan memetakan ulang parameter suhu tubuh dalam stasis ekstrem.
Jam tidur kami? Dua jam sehari, jika beruntung. Bukan karena dipaksa. Tapi karena rasa takut. Takut bahwa satu kesalahan bisa merenggut nyawa seseorang dalam diam, selagi ia tertidur.
“Aku berpikir,” kataku pada Dr. Carter sambil menatap hasil pemindaian bio-neural terbaru, “bukan sekadar mendinginkan tubuh. Tapi menenangkan sel. Memberi mereka... waktu.”
Dia menoleh. “Kau bicara seperti cryosleep adalah bentuk mediasi biologis.”
“Mungkin memang begitu. Kita memaksa tubuh untuk diam. Tapi kita tidak pernah benar-benar memberinya cara untuk tenang.”
Kami bereksperimen dengan nanobot bioaktif, merancangnya agar tak hanya memperbaiki kerusakan sel, tapi memahami kapan harus berhenti bekerja. Di sisi lain, kami menguji larutan perfluorokarbon sebagai media transpor oksigen buatan.
“Jika larutan ini berhasil, kita tak hanya menghindari hipoksia mikroseluler,” ucapku sambil mencatat, “kita bisa menciptakan medium yang berpadu dengan darah, bukan menggantikannya.”
“Tapi risiko jangka panjangnya?” Carter menekuk alis. “Organ lunak bisa mengalami stres molekuler. Kita belum tahu bagaimana jaringan tubuh merespons kontak jangka panjang dengan senyawa ini.”
Aku diam. Ia benar. Semua penemuan besar membawa bayangan kegagalan besar pula.
Tiba-tiba, interkom berdengung. Suara Kapten Nakamura terdengar tegas:
[“Arya, ke ruang kendali utama. Sekarang. Kita bahas pendaratan ke planet sumber sinyal.”]
Aku menatap Carter.