Setelah beberapa saat mengamati simbol dan pola aneh di benda misterius itu, aku mulai memahami bahwa ini bukan sekadar struktur acak. Ada keteraturan dalam ketidakteraturannya, seolah ini merupakan semacam sistem komunikasi atau bahkan perangkat dengan fungsi yang belum kami pahami sepenuhnya.
Namun, sebelum kami bisa menggali lebih dalam, tiba-tiba guncangan hebat kembali terasa. Gempa susulan mengguncang tempat ini, membuat dinding batu di sekeliling kami bergetar keras. Debu dan serpihan kecil mulai berjatuhan dari langit-langit gua ini.
"Sial! Kita harus keluar dari sini sekarang juga!" seruku.
Yuki dengan cepat mengakses alat pemindaian struktur di tabletnya, mencoba menemukan kemungkinan jalur keluar sebelum terlambat. "Tanah di atas kita mulai melemah, kita punya waktu sangat terbatas sebelum semuanya runtuh!" teriaknya, suaranya dipenuhi kepanikan.
Hiroshi segera menilai kondisi gravitasi lokal, menghitung sudut dan jarak, dan memberi saran, "Kita bisa menggunakan pengait dan kabel di pakaian kita untuk memanjat ke atas, tetapi kita harus melakukannya dengan cepat dan sistematis, jika tidak kita akan jatuh.”
"Aku bisa membantu menetapkan jalur terbaik!" seru Raj sambil mengecek stabilitas beberapa titik pegangan yang bisa digunakan.
Sementara itu, aku menoleh ke arah Akari yang masih menutup matanya rapat, tubuhnya kaku dan tegang. Aku menggenggam bahunya dengan erat, mencoba memberinya kekuatan dan ketenangan. "Ikuti aku, Akari. Jangan sampai terpisah, apa pun yang terjadi," bisikku pelan di telinganya, suaraku dipenuhi kekhawatiran. Dia mengangguk kecil, meskipun jelas masih ada kekhawatiran yang mendalam dalam dirinya.
Sofia memimpin dalam penggunaan pengait untuk mencapai bagian atas, menunjukkan keberanian dan keterampilan. "Kita harus bekerja sama! Gunakan mode dorongan kecil di pakaian kalian, jangan terlalu kuat atau kita malah akan kehilangan kendali dan jatuh!" teriaknya, memberikan instruksi dengan tenang dan percaya diri.