Kapten Nakamura berdiri tegak di ruang kendali utama, menatap layar besar yang menampilkan proyeksi digital dari permukaan eksoplanet yang akan mereka jelajahi. Sekali lagi, sebelum keberangkatan, ia mengulangi tujuan misi kepada seluruh tim ekspedisi.
"Fokus utama kita adalah mengumpulkan sampel atmosfer, tanah, dan air untuk dianalisis lebih lanjut. Kita juga mencari struktur geologis yang bisa memberi petunjuk tentang evolusi planet ini. Jika Akari menemukan pola atau tanda yang mencurigakan, kita harus segera menyesuaikan prioritas misi. Ingat, keselamatan tetap yang utama. Tidak ada tindakan gegabah." Suaranya tegas namun sarat tanggung jawab.
Satu per satu, kru mengangguk paham. Elijah Strauss, penembak jitu yang baru bergabung dalam misi ini, memeriksa persenjataan dan peralatan taktisnya. Sementara itu, Arya, yang biasanya hanya berfokus pada data dan teori, kini menunjukkan sisi yang lebih tenang dan penuh pertimbangan. Ada sesuatu yang berbeda dalam sorot matanya.
Saat semuanya bersiap, Akari mendekati Arya, seperti yang selalu ia lakukan sebelum turun ke planet. Tangan kecilnya menggenggam erat tangan Arya, kebiasaan yang telah menjadi rutinitas. Biasanya, Arya akan membiarkannya begitu saja, tanpa ekspresi. Sentuhan ini, kehangatan ini... sangat jarang ia rasakan. Namun kali ini, Arya tidak hanya diam seperti biasanya. Ia menatap Akari lebih dalam, lalu dengan lembut mengusap kepalanya.
"Kali ini akan baik-baik saja," katanya, suaranya lebih lembut dari biasanya, seolah ingin menenangkan sesuatu yang tidak terucapkan dalam diri Akari. Namun, Akari bisa melihat sedikit keraguan di matanya, seolah ia sendiri tidak sepenuhnya yakin.