Hembusan angin tipis menyapu permukaan bebatuan kasar di dalam goa. Cahaya redup dari celah di atas membuat bayangan samar bergetar di dinding batu. Akari duduk bersandar, tubuhnya tampak kelelahan setelah perjalanan panjang dan temuan yang mengganggu ini.
"Sepertinya kita harus kembali untuk mencari informasi lebih banyak," ucap Akari pelan, suaranya masih sedikit berat.
Arya mengangguk setuju dan segera mengaktifkan komunikator ekspedisi yang terpasang di lengannya.
"Baiklah semuanya, kami sedang beristirahat di dekat goa. Aku akan mengirimkan koordinatnya. Tim di shuttle, segera susul kami ke lokasi ini. Sofia, tolong beritahukan Kapten bahwa kita menemukan sesuatu yang penting."
Terdengar suara statis sebelum jawaban Sofia terdengar. "Dimengerti. Kami akan bergerak ke sana segera."
Setelah komunikasi terputus, Arya menoleh ke Akari yang terlihat semakin letih. "Mereka butuh waktu untuk sampai ke sini. Kenapa kamu tidak tidur sebentar? Aku akan menjagamu," katanya lembut.
Akari memandangnya sesaat, ragu sejenak sebelum mengangguk. "Kalau mereka sudah sampai, bangunkan aku," ucapnya sebelum memejamkan mata.
Hening.
Arya tetap terjaga, mengamati sekeliling dengan waspada. Tetapi pikirannya perlahan mulai dipenuhi oleh sesuatu yang lain.
Tangannya merogoh kantong seragamnya dan mengeluarkan sebuah benda kecil, jepit rambut berwarna kuning keemasan. Bentuknya anggun dan elegan, terlihat seperti milik seorang bangsawan.
Saat jari-jarinya menyentuh permukaannya, tiba-tiba kepalanya terasa seperti dihantam sesuatu yang sangat keras. Napasnya tersengal, dan dia mencengkeram kepalanya dengan kedua tangan.