Celestial Odyssey The unknown Horizon

Arya Sanubari
Chapter #42

Bab 41: Gerbang yang Tertutup

Langkah Pertama Menuju Aurelion


Benteng Aurelion berdiri megah di hadapan Arya, menjulang seperti dinding raksasa yang memisahkan dua dunia. Sebuah dunia yang ia tinggalkan di belakangnya dan dunia yang ingin ia masuki.


Dari kejauhan, ia melihat pintu gerbang utama, dihiasi dengan lambang kerajaan yang bersinar dalam cahaya matahari. Di bawahnya, barisan manusia mengular, masing-masing dengan ekspresi tegang saat mereka menunggu giliran untuk masuk.


Sebagian besar dari mereka berasal dari keluarga terpandang, mereka yang mengenakan pakaian bersih, berbicara dengan percaya diri, dan memiliki surat rekomendasi dari keluarga bangsawan.


Arya, di sisi lain, hanya memiliki tekad.


Pakaiannya compang-camping setelah perjalanan panjang, rambut hitamnya berantakan, dan tubuhnya penuh dengan luka-luka yang ia dapatkan selama sepuluh tahun terakhir.


Namun, ia tidak peduli.


Ini adalah langkah pertama menuju nasibnya.


Dan ia tidak akan mundur.



---


Pendaftaran yang Penuh Rintangan


Ketika akhirnya ia tiba di meja pendaftaran, seorang petugas, seorang pria paruh baya dengan armor ringan memandangnya dengan tatapan merendahkan.


"Kartu identitas?"


Arya menggeleng. "Aku tidak punya."


Petugas itu menghela napas. "Surat rekomendasi dari keluarga bangsawan?"


"Tidak ada."


Sekarang, para prajurit yang berjaga mulai memperhatikannya. Salah satu dari mereka, seorang wanita dengan rambut perak yang diikat rapi menyipitkan mata.


"Seorang rakyat jelata?"


"Ya," Arya menjawab tanpa ragu.


Petugas itu tertawa kecil sebelum menyerahkan formulir dengan gerakan malas. "Baiklah, kau harus membayar biaya pendaftaran sebesar tiga puluh koin kerajaan."


Arya terdiam.


Tiga puluh koin.


Itu jumlah yang besar, terutama bagi seseorang seperti dirinya yang telah menghabiskan semua uangnya untuk bertahan hidup dalam perjalanan ke sini.


"Bisakah aku berhutang?" tanyanya. "Aku bisa membayarnya secara mencicil setelah diterima sebagai prajurit."


Para petugas menoleh ke arahnya, lalu tertawa pelan.


"Kalau kau seorang bangsawan yang kehilangan kerajaannya, mungkin kami bisa mempertimbangkannya," salah satu prajurit berkata dengan nada mengejek.


"Tapi kau hanyalah seorang rakyat jelata," pria di meja pendaftaran menambahkan. "Jadi tidak."


Ia mengambil kembali formulir itu. "Kembali lagi jika kau punya uang."


Arya mengepalkan tinjunya, tetapi ia tidak berkata apa-apa.


Sistem ini busuk.

Lihat selengkapnya