Awal dari Kehidupan Baru
Barak militer Aurelion tidak mengenal belas kasihan.
Begitu pagi pertama dimulai, para calon prajurit dikumpulkan dalam sebuah aula besar. Mereka semua adalah individu yang telah melewati seleksi ketat, berasal dari berbagai planet di tata surya Helio-M31, baik dari keluarga bangsawan kelas bawah hingga rakyat biasa yang berhasil menembus sistem yang kejam.
Namun, ada satu orang yang berbeda.
Arya.
Dari sekian banyak prajurit baru, dialah satu-satunya yang memiliki rambut hitam dan mata coklat, sebuah kombinasi yang tidak pernah ditemukan di Helio-M31.
Awalnya, para prajurit lain meliriknya dengan rasa ingin tahu, tetapi begitu mereka sadar bahwa mereka semua harus bekerja sama, tidak ada yang benar-benar peduli dengan perbedaan itu.
Di medan tempur, warna rambut dan kasta sosial tidak berarti apa-apa.
Atau setidaknya, begitulah pemikiran mereka.
Namun, tidak semua orang memiliki pandangan yang sama.
---
Pelatihan Perdana – Bentrokan dengan Selene
Di hadapan mereka, Selene Arvess berdiri tegak dengan postur sempurna, mengenakan armor ringan berwarna biru keperakan yang melambangkan statusnya sebagai pelatih senior.
"Dengar baik-baik," katanya dengan suara lantang, "mulai hari ini, kalian bukan lagi individu. Kalian adalah bagian dari pasukan Aurelion. Kalian akan berpikir, bertindak, dan bertarung sebagai satu kesatuan."
Di belakangnya, sejumlah senjata plasma disusun dalam formasi rapi, pistol, rifle, submachine gun, hingga sniper.
"Ini adalah alat yang akan menentukan apakah kalian hidup atau mati."
Ia menoleh ke arah mereka, matanya yang berwarna perak menyapu seluruh ruangan sebelum akhirnya berhenti tepat pada Arya.
Ia tersenyum kecil.
Tanda bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi.
Pelatihan dimulai dengan teori penggunaan senjata plasma, mulai dari stabilitas tembakan, mekanisme pengisian ulang, hingga teknik pertempuran berbasis jarak.
Arya menyimak dengan serius sejak awal, menganalisis setiap informasi yang diberikan.
Namun, saat sesi latihan dimulai, Selene tiba-tiba menunjuknya dengan tatapan tajam.
"Caellith!"
Arya langsung menegakkan tubuhnya. "Ya!"
Selene berjalan mendekat, langkahnya penuh kepercayaan diri.