Cerita Ayah Memori Ibu

Wulansaf
Chapter #4

Mengenang Masa Lalu

[Alin:]


Ketika ditinggal Ayah dan Ibu ke Jakarta, saat itu saya masih kelas 5 SD. Mereka pergi ke Jakarta dan menetap di sana tanpa pamit pada saya dahulu, tiba-tiba saya dapat telepon dari Ayah jika ia sekarang sudah berada di Jakarta, mereka mengatakan akan tinggal di sana selamanya dan meninggalkan anak pertamanya di sini.

Respon saya waktu itu tentu saja saya marah, saya merasa tidak diajak dan ditinggalkan begitu saja ketika mereka mau memulai hidup yang baru. Saya kecewa dan Ayah menghiburnya dengan mengatakan jika setelah lulus SD nanti saya akan disekolahkan di Jakarta. Saya menurut dan mencoba mengerti, sebab Ayah juga menjelaskan jika saya pindah maka prosesnya akan sangat sulit karena mereka tidak memiliki uang yang cukup untuk membeli bangku kosong.

Hari-hari saya setelah Ayah dan Ibu pindah kota adalah tentu saja sepi. Hari sabtu dan minggu yang biasanya menjadi waktu saya dan Alya bermain kini kami sudah berbeda pulau. Saya iri sebetulnya dengan Alya, sebab dia selalu bersama Ibu, berbeda dengan saya yang sedari bayi memang lebih banyak diurus oleh Nenek dan tante-tante sebab waktu itu Ibu sibuk megurus Alya yang baru lahir dan Ayah sibuk berdagang. 

Meski saya merasa kehilangan orangtua, tapi saya masih memiliki Nenek dan Kakek yang menjadi segalanya untuk saya. Kalau orang-orang membawa orangtua mereka, maka mulai hari itu saya selalu membawa Nenek saya dalam setiap keperluan, ngambil rapot di sekolah misalnya. 

Hari-hari kehilangan Alya mulai terasa, sebab meski saya kesal ketika harus selalu mengajaknya bermain, kini tidak ada yang menangis lagi bila saya tinggal ke mana-mana. Adik kecil yang selalu saya tuntun dan ajak ke mana-mana, kini ikut dengan Ibunya dan meninggalkan saya. Adik kecil yang selalu merengek minta dibelikan ini dan itu, kini kami sudah berada di kota yang berbeda. Adik kecil yang selalu merayu saya untuk pulang ke rumah itu tidak akan membujuk saya dengan cara apapun lagi agar saya mau main ke rumah. 

  “Mbak Alin, Mbak Alin mau liat bintang, nggak? Ayo makanya pulang ke rumah, nanti di jalan kita bisa liat bintang.” Saya ikut saja apa yang Alya minta, di jalanan, dia menunjuk lampu-lampu motor yang terlihat dari jauh seperti bintang. Atau Ayah yang bercerita, ketika liburan sekolah Alya selalu bersemangat untuk bangun pagi karena hendak main ke rumah neneknya dan Ayah akan menjemput ketika malam tiba karena Alya tidak betah jika harus tidur di rumah neneknya. Dia harus selalu berada di samping Ibu apapun keadaannya. 

Pernah suatu hari, seharusnya Ayah sudah menjemput Alya di rumah Nenek pukul tujuh malam, tapi saat itu keadannya hujan deras, sehingga Ayah menunda menjemput Alya sampai pukul sembilan. Hujannya waktu itu awet, Ayah khawatir Alya akan kehujanan dan akhirnya sakit, lagi pula jalanan ketika hujan itu licin, Ayah tidak mau mengambil risiko apapun, jadi dia di rumah menunggu hujan benar-benar berhenti. Di rumah Nenek, saya dan tente-tantenya membujuk untuk menginap, tapi Alya tidak mau dengar dan memaksa Ayah untuk segera datang untuk menjemputnya. Ayah ditelepon mengatakan akan menjemput setelah hujan benar-benar berhenti, tapi Alya mengamuk dan menjerit histeris supaya Ayah cepat menjemputnya. Saya lelah membujuknya dan menyuruh Ayah untuk segera datang ke rumah untuk menjemput Alya meski hujan masih deras. 

Di rumah, Nenek saya punya usaha nasi uduk, sudah lama, sejak Ayah saya masih kecil kalau tidak salah. Setiap pagi, dulu waktu Alya masih TK, setiap pulang sekolah, saya selalu menunggunya di depan gerbang dan membawakan tas rodanya yang berwarna merah itu. Setelah pulang sekolah saya meminta Alya untuk membantu saya ke pasar. Saya suka ke pasar membantu Nenek membeli bahan-bahan untuk dagangan besok pagi. Alya suka diajak ke pasar dan membantu membawakan barang belanjaan. Dia sering diajak bicara dengan para pedagang, ditanya dia anak siapa dan cucunya siapa. Orang-orang pasar tentu saja mengenal siapa kakek saya, maka Alya suka ditegur dan diberi jajanan karena dia mau membantu Mbaknya membawakan barang belanjaan. 

Lihat selengkapnya