CERITA BAPAK TENTANG MASA LALU

Embart nugroho
Chapter #7

Cerita Paman

Sore itu, paman mengajakku berkeliling di perkebunan tembakau. Pikiranku jadi kacau. Konsentrasi tulisanku jadi amburadul. Sementara paman terus bercerita tentang masa lalu kakekku.

Dulu kakekku orang yang bersahaja dan baik. Tapi saat tanah mereka dijajah oleh orang-orang tak bertanggung jawab, kakek jadi apatis. Kakek tak mengijinkan mereka mengambil tanahnya begitu saja. Kakek sangat marah.

Dulu, entah beberapa tahun lalu saat pekerja dari pulau Jawa datang sebagai buruh kontrak. Banyak tanah-tanah rakyat yang dirampas Belanda. Tanah rampasan itu mereka jadikan perkebunan tembakau, sedangkan pemilik tanah mereka jadikan buruh di tanah mereka sendiri.

“Begitulah zaman kolonial. Banyak kejadian yang menyakitkan, hingga kini kita merasakannya. Dulu tanah kakekmu sangat luas dan kini kita hidup mengotrak tanah orang lain.” Cerita paman.

“Bagimana cerita laki-laki yang menjadi persaingan kakek?” tanyaku.

Paman terdiam dan menatapku. “Cerita itu sudah lama sekali. Tak perlu diungkit kembali. Oh ya, kata ibumu kau sedang jatuh cinta. Siapa gadis yang kau rayu itu?” Pertanyaan paman membuat wajahku sedikit merona. 

Agak ragu aku menyebutkan namanya. “Salvinia, Paman,” kataku.

“Apa kau tau asal usulnya? Dia anak siapa?” tanya paman lagi. Apakah begitu penting asal-usul seseorang saat ini? Aku memang tidak tahu dia anak siapa? Memangnya kenapa?

Aku menggeleng. “Saya baru kenal, Paman. Temen Ayu.”

“Oh ....” Paman manggut-manggut dan aku bertanya lagi tentang cerita masa lalu kakek ku. Apa yang sudah terjadi puluhan tahun lalu. Paman pun meneceritakan berdasarkan cerita yang pernah ia dengar dari ayahnya.

Dulu, zaman kolonial Belanda. Ada seorang gadis cantik, masih remaja tapi sudah bekerja sebagai buruh di perkebunan tembakau. Kakek ku menyukainya. Diam-diam mereka saling jatuh cinta.

“Melur,” ucap gadis itu dengan senyum yang manis. Gadis itu sangat ramah dan baik. Konon dia menjadi buruh karena keadaan orangtuanya yang sangat susah. Padahal usianya baru enam belas tahun dan kakek ku sudah tujuh belas tahun.

“Saman,” kata kakek mengulurkan tangannya.

Mereka pun menjalin cinta beberapa hari kemudian. Kebahagiaan itu kemudian terusik dengan hadirnya laki-laki berkulit hitam bernama Darto. Laki-laki itu berusaha merayu Melur dan membuat cerita-cerita bohong tentang kakekku, Saman.

Darto bercerita kalau Saman antek-antek Belanda dan hati-hati mendekatinya. Berbagai macam cara dilakukan Darto untuk menjauhkan Melur dan Saman. Darto juga memfitnah Saman kalau dia mencuri hasil panen tembakau kepada Kapten Belanda.

Saman ditangkap dan dimasukkan ke dalam penjara selama beberapa hari. Selama beberapa hari itulah kesempatan Darto merayu Melur. Dia tetap keukeuh mendapatkan gadis itu. Melur tidak mau dan tidak mencintai Darto. Akhirnya Mister Buch melihat Melur.

Kecantikan Melur pun membuat sang kapten tergoda. Bukan kapten saja yang tergila-gila, para serdadu pun juga ingin mencicipi kemolekan Melur. Akhirnya Mister Buch mencari cara agar bisa menangkap Melur.

Dalam malam yang pekat dan sunyi, melur diculik dan dibawa ke perkebunan tembakau. Malam jahanam yang dialami Melur. Ketika binatang malam tak lagi berkoak dan sunyi pun menyergap, Mister Buch dengan leluasa mendayung perahu tak berderik hingga keringat mengguyur deras. Sementara Melur meronta berusaha minta tolong. Darto yang menyaksikan kejadian malam itu hanya diam dan hanya menikmati saja.

Melur pun berurai air mata. Masa depannya telah hancur. Ia bangkit dengan lunglai dan keperawananya menetes di perkebunan tembakau. Saman yang mendengar berita itu merasa kesal dan ia ingin melampiaskan kemarahannya kepada Mister Buch. Namun, tidak ada yang bisa ia perbuat. Saman masih terkurung dalam penjara.

Melur jadi sering melamun dan tidak bergairah untuk hidup. Ia berusaha bunuh diri namun, selalu gagal. Akhirnya Mister Buch mempergundik Melur, hingga ia mengandung.

“Mengadung? Lantas di mana anaknya?” tanyak ku penasaran.

“Cerita belum selesai, Ji. Sudah sore, lebih baik kita pulang. Nanti ibumu kecarian,” kata paman kemudian.

“Huh, Paman. Lagi seru-serunya cerita digantung,” sungut ku sedikit merajuk.

Lihat selengkapnya