CERITA BAPAK TENTANG MASA LALU

Embart nugroho
Chapter #13

KEADAAN MULAI RUSUH

Aroma teh melati menyeruak di kamarku saat aku terbangun. Kepalaku sangat sakit memikirkan mimpiku tadi malam. Ibu meletakkan teh hangat di atas meja. Aku beringsut dari tempat tidur dan menuju jendela kamar. Ku buka gorden dan ku sampirkan ke kiri. Cahaya matahari masuk hingga aku memicingkan mataku. Ku lihat hamparan perkebunan di sudut sana. Banyak cerita memilukan di sana.

“Kalau kamu mau sarapan, ibu sudah siapkan,” kata ibu.

“Ya, Bu,” sahutku. Aku masih penasaran tentang mimpiku. Apakah mimpi itu benar atau hanya sekedar mimpi? Batinku. Kakekku seorang pemerkosa? Itu tidak mungkin. Kakek rajin sholat dan terus berjikir. Aku melihat ibu sedang berkeluh kesah.

"Ibu kenapa?" tanya ku.

"Ibu jadi kepikiran, Ji. Katanya bakal ada unjuk rasa besar-besaran," kata Ibu.

"Memangnya kenapa, Bu?

"Bahan bakar naik dratis. Sembako juga naik."

"Apa sangkut pautnya?"

"Kalau semua naik itu tandanya ada yang gak beres sama negeri ini. Mereka mau mengadakan demonstrasi ke jalan-jalan."

Aku masih gak paham apa maksud ibu.

“Ibu pergi dulu,” kata ibu lagi sebelum lamunanku melambung jauh. Ibu keluar dari kamarku dan dari luar aku sudah mendengar suara burung betet milik adikku Ayu.

“Mas Aji antar Ayu ke kampus yuk. Cepetan, udah terlambat nih,” ucapnya sembari ngomel tanpa tedeng aling-aling.

“Iya-iya. Cerewet.” Aku menggeleng-gelengkan kepalaku melihat tingkah manjanya. Kemudian aku keluar kamar dan membasuh wajahku, setelah itu aku menemui Ayu yang sudah cemberut di teras depan.

Ku nyalakan sepeda motorku setelah Ayu naik di boncengan belakang. Motor melaju dengan suara menderu. Melewati pedesaan dan perkebunan tembakau. Para pekerja sangat antusias sepertinya.

“Bagaimana kabar Salvinia?” tanyaku di selah-selah perjalanan.

“Salvinia baik-baik aja. Tapi jadi banyak diam dan murung.”

“Kenapa?” tanyaku ingin tahu.

“Kepo ya? Mau tau aja apa mau tau banget?” Ayu mulai bercanda.

“Mau tau banget,” kataku.

“Kalau mau tau banget di dekat kampus Ayu ada, Mas. Murah kok gak pake mahal,” katanya. Ini apa-an lagi? Pikirku. Ayu memang suka memanfaatkan aku.

“Maksudnya?” tanyaku.

“Nanti sepulang dari kampus, Mas Aji jemput Ayu. Biar tau kabar Salvinia,” katanya sambil senyum-senyum gak jelas. "Oh iya, Mas. Di kampus mau unjuk rasa ke jalanan. Mas Aji hati-hati ya."

"Memangnya kenapa?"

"Takut kena sasaran mahasiswa unjuk rasa. Serem, Mas. Ayu aja takut, tapi terpaksa karena diajak temen."

"Kamu ini ada-ada aja, Yu. Lebih baik kamu langsung pulang aja nggak usa ikut unjuk rasa."

"Ntar dikatain gak punya solidaritas."

"Huh!"

Ada-ada saja tingkah Ayu yang membuatku semakin geram melihatnya. Bakalan koyak dompetku.

Beberapa menit kemudian kami sampai di kampus Ayu dan aku kembali ke rumah. Dalam perjalanan aku masih memikirkan Salvinia. Mungkinkah perasaannya serindu perasaanku kini?

Aku tidak langsung ke rumah, tapi singgah ke rumah nek Melur. Ia tinggal bersama anak saudarinya. Di sebuah rumah sederhana terbuat dari setengah batu dan setengah kayu. Nek Melur duduk di sudut ruangan samabil matanya menerawang jauh ke depan. Aku ingin tahu cerita yang sebenarnya.

Ketika kutanya, dia diam membisu beberapa saat. Mungkin mengingat kejadian berpuluh tahun lalu. Ku lihat dia menghapus matanya dengan kain panjang yang dikenakan.

Kejadian itu meleburkan seluruh gairah hidup Melur, ketika mister Buch menyetubuhinya dalam malam yang gelap dan sunyi. Cintanya pada Saman pun mulai berubah. Ia merasa hina dan kotor. Melur tak ingin lagi bertemu dengan Saman. Akhirnya Melur dijadikan seorang gundik.

Saman pun tak lagi menemui Melur. Pertikaiannya dengan Darto berbuah kebencian yang mendalam. Saman juga pernah memfitnah Darto ketika menjadi antek-antek Belanda. Saman memfitnah keluarga Darto sebagai penghianat dan tidak mau bekerjasama dengan Belanda. Keluarga Darto pun ditangkap dan dijebloskan dalam tahanan.

“Kurang ajar kau, Saman! Kau memfinah keluargaku! Apa salahku hingga kau berbuat begitu!” Sergah Darto ketika itu. “Aku tidak terima dan aku akan membalaskan dendamku!” Teriak Darto emosi.

Keluarga Darto pun disiksa dalam tahanan. Mereka dihukum cambuk seribu kali. Sedangkan Darto sudah meminta ampun kepada mister Buch agar mengampuni keluarganya, namun Saman lagi-lagi menfitnahnya. Darto pun dendam ketika ayah ibunya meninggal dunia karena siksaan penjara.

Lihat selengkapnya