CERITA BAPAK TENTANG MASA LALU

Embart nugroho
Chapter #18

18. MIMPI KE MASA LALU

Aku bermimpi lagi. Aku berada di perkebunan tembakau yang sangat asing. Kuamati sekeliling perkebunan itu dengan seksama. Aku bingung berada di mana. Kutelusuri jalan setapak dan aku memperhatikan para buruh yang mengenakan pakaian zaman dulu. Zaman dulu? Batinku. Hei… aku berada di mana? Aku mulai gugup. Aku mulai takut. Ternyata aku kembali ke masa lalu. Masa di mana semua sejarah itu terjadi.

Seorang laki-laki berkulit putih dan berambut pirang. Laki-laki itu yang pernah diceritakan nek Melur. Mister Buch, laki-laki Belanda yang dikenal kejam. Berdiri menatap perkebunan sambil menghisap cerutu. Ia memperhatikan pekerja di atas seekor kuda jantan dengan pandangan tajam. Bola matanya berwarna biru cerah. Ia dikawal beberapa anak buahnya yang juga menunggangi kuda.

Suara beradu tapak kuda terdengar menderu di tanah. Mereka mengejar seseorang. Aku tidak tahu siapa yang mereka kejar. Aku bersembunyi di antara pepohonan tembakau. Aku sangat takut karena lelaki Belanda itu membawa senapan laras panjang.

Aku terus berjalan sampai ke sebuah desa yang sangat asing bagiku. Seingatku tidak ada desa di sana. Hanya perkebunan tembakau yang terhampar luas. Membentang seperi permadani dari kejauhan.

Aku melihat sebuah rumah di mana laki-laki Belanda itu berada di sana. Ia menarik paksa seorang gadis muda hingga kedua orang tuanya memohon agar gadis itu tidak dibawa.

“Ampun, Tuan… Jangan bawa anak saya, dia masih terlalu muda.” Seorang laki-laki berkulit hitam memohon sambil duduk bersimpuh. Laki-laki Belanda itu tidak perduli, ia menendang laki-laki kulit hitam itu dan menembaknya.

Dorrr! Suara senapan itu membuatku bergidik dan terkejut. Hampir saja aku berteriak. Laki-laki itu rebah bersimbah dan ditangisi anak istrinya.

“Bapaaakkk.”

Aku menutup kedua mataku, dan keadaan di sekitarku berubah. Aku tidak berada di sana, melainkan di perkebunan tembakau yang gelap. Aku kembali bingung dan panik. Aku mendegut ludah ketika mendengar suara meronta dan jeritan seorang gadis di sana. Apalagi yang terjadi, batinku.

“Jangaaan! Tidak, Tuan… Jangan perkosa saya, ampuni saya… Tolongg…” Suara itu sangat memilukan. Aku berlari mencari asal suara itu dan aku menemukan. Seorang laki-laki berambut pirang yang dengan leluasa menyetubuhi gadis remaja di bawah umur hingga tak berdaya.

“Biadaaab! Hei lepaskan!” Teriakku. Tapi teriakanku tidak di dengar sama sekali. Aku menarik baju laki-laki Belanda itu, namun aku terkejut dan heran. Laki-laki itu tidak bisa kusentuh. Hei ada apa ini? Apa yang terjadi padaku? Aku melihat kedua tanganku secara bergantian.

Aku tidak tega melihatnya dan berlari keluar dari perkebunan tembakau. Nafasku tersengal dan aku tidak menemukan jalan pulang. Jalan keluar dari perkebunan tembakau.

“Akkhhhh…” Aku terteriak keras karena bingung dan takut. Tiba-tiba aku mendengar suara seorang laki-laki. Suara itu berat dan membuatku merasa lega.

“Sedang apa kau disini anak muda?” tanyanya padaku. Orang itu membelakangku. Seorang laki-laki tua yang rambutnya sudah memutih.

“Tolong saya, Kek. Saya tidak tahu berada di mana?” kataku dengan nafas tersengal.

Ia membalikkan tubuhnya dan menghadapku. Aku mengamati wajah itu.

Lihat selengkapnya