Ini adalah cerita lama, beberapa tahun sebelum pandemi dan ketika ia masih memiliki pekerjaan. Bila kalian membaca cerita ini di masa depan yang bebas pandemi, ketahuilah bahwa kita mengalami pandemi di tahun 2020. Sebelum itu, berhimpitan di pasar swalayan seperti ikan sarden penuh asin keringat bersama pencopet adalah hal yang lumrah.
Tentu saja, ia menceritakan semua itu dengan anggapan umat manusia pada akhirnya dapat bangkit dari pandemi tersebut dan masih menjadi spesies dominan, dan segala regulasi baru untuk melarang kumpulan massa diciptakan demi mencegah pandemi lain. Bila ternyata, ketika cerita ini dibaca, manusia bukan lagi spesies dominan dan bumi sudah dikuasai kecoak, HABLAHABLAHA, persetan kalian semua makhluk-makhluk yang tidak mengenal bahasa.
Kembali ke cerita inti. Saat itu, ia berada di sebuah restoran cepat saji bersama teman-teman kantor serta atasannya. Mereka duduk beramai-ramai. Kegiatan makan sudah selesai dan sesi mengobrol hingga larut baru saja dimulai. Di tengah jeda obrolan, atasannya menawarkan sesuatu.
“Eh, ada yang mau es krim nggak? Gua traktir nih.”
Sebagai seorang pria, ada beberapa kewajiban tidak terucap yang berjalan dalam norma sosial mereka. Salah satunya, makanan ataupun minuman manis merupakan hal yang sama sekali tidak jantan. Ada alasan kenapa anggota geng motor tidak pernah terlihat mengemut permen lolipop. Betapa konyolnya gambaran tersebut!
Anggota geng motor adalah salah satu kelompok sosial yang sepenuhnya mendedikasikan diri mereka untuk terlihat jantan. Bila ia bingung apakah suatu hal dianggap jantan atau tidak, ia selalu memikirkan, apakah seorang anggota geng motor, dengan jaket kulit dan janggut brewok mereka, dapat terlihat normal bila melakukannya. Gambaran bapak-bapak sangar dengan tangan bertato dan jari penuh cincin besi memakan es krim tidaklah cocok.
“Wah, ditraktir ya jelas mau lah!” jawabnya bersemangat.
Sayang sekali, lidah dapat berkelok secepat kilat mendahului gemuruh pikirannya. Hal yang lebih buruk lagi, hanya dirinya yang mengambil penawaran tersebut. Sehingga ia terjebak dalam situasi yang amat tidak jantan. Dua orang pria, mengantri di restoran cepat saji, hanya untuk memesan es krim.
“Es krim cone dua ya!” ucap atasannya pada pemuda di balik mesin kasir.
“Ada pesanan lain?”