Oy, apa kabar? Udah lama gak ketemuan nih.
Pesan itu dikirimkan oleh seorang teman SMA melalui Facebook. Ya, mereka sudah lama tidak bertemu. Mungkin sekitar sepuluh tahun saling mengabaikan karena alasan paling rasional. Terlepas dari nilai sentimental yang tidak terduga, faktanya, mereka tidak saling membutuhkan. Dengan logika ini, tentu saja ia membalas pesan tersebut:
Hey, baik baik. Lu sendiri apa kabar? Eh, lu gak ngontak gua buat nawarin MLM kan?
Dan, rindu sepuluh tahun tidak bertemu pun berakhir sampai di sana saja. Temannya tidak pernah membalas lagi. Ia tidak yakin apakah itu karena tebakannya yang jitu atau karena balasannya yang terlalu terang-terangan dalam menuduh. Tapi satu hal yang pasti, ia bukan orang yang dapat ditipu dengan penawaran MLM.
Ia sendiri punya sejumlah pengalaman dengan kacung MLM. Ya, ia akan menyebut mereka sebagai kacung, bukan perusahaan atau organisasi.
Seseorang pernah mencoba untuk mengajaknya masuk ke sekte MLM dan ia harus duduk mendengarkan penjelasan mereka. Tidak peduli bagaimana mereka menjelaskannya, ia hanya menangkap konsep dasarnya. Ia harus memberikan uangnya ke seseorang dan menjadi kacung, lalu ia harus mencari lebih banyak orang untuk dijadikan kacung agar ia dapat menutup kerugian awal karena bergabung ke sekte ini. Ia mencoba menjelaskan betapa bodoh konsep tersebut, secara bodohnya, pada anggota sekte yang mencoba merekrutnya, dan tentu saja mereka melemparkan sejuta pembelaan untuk memojokkan dirinya.
“Kami hanya ingin membantu. Kamu sudah diajak ke sini soalnya kami melihat kamu punya potensi.”