Hujan deras mengguyur kota Jakarta di pagi hari membuat wajah Angel nampak sedih. Padahal hari ini ada kuliah pagi dan ia juga udah siap berangkat. Tidak mungkin juga ia berangkat naik motor dengan membawa laptop.
Menunggu 10 menit hujan reda ternyata malah tambah deras. Entah apa yang harus Angel lakukan. Mau naik angkot pasti ribet, harus pindah-pindah angkot. Mau naik taksi online, uang menipis. Bareng Zara? Angel berpikir sejenak. Sebenarnya ia ingin menelpon Zara agar bisa berangkat bareng karena Zara ke kampus selalu naik mobil. Tapi ia masih marah kepada sahabatnya itu. Dan Angel juga merasa tidak enak jika Zara harus menjemputnya. Karena antara rumah Zara dan kosnya lumayan jauh.
Jadi harus apa? Mau tidak mau Angel menelpon Zara. Ia tidak ingin terlambat lagi seperti kemarin. Cukup sekali saja dan terakhir ia tidak masuk kuliah.
"Halo Ra. Udah berangkat belum?
"Iya udah sampai nih"
"Yah. Baru mau nebeng"
"Apa lo udah nggak marah lagi sama gue?"
"Masih marah dikit"
"Oh. Kalo aku jemput. Dikitnya udah hilang kan?"
"Iya bakalan hilang. Tapi lo udah ada di kampus"
"Kalo gue tiba-tiba ada di depan kos lo. Udah nggak marah lagi kan sama gue?"
"Jangan Ra. Percuma jemput gue. 10 menit lagi masuk"
"Gue udah ada di depan kos lo. Masa gue harus balik lagi. Udah cepetan keluar nggak pake lama"
"Ha serius? Katanya udah di kampus. Ahh lo bohongin gue"
"Kan lo tadi nanya udah berangkat belum? Ya gue jawab udah sampai. Gue sampainya di depan kos lo bukan di kampus hahaha"
"Ih Zara terbaik banget kalo ngerjain orang"
"Hmm yayaya. Cepetan keluar atau gue tinggalin nih"
"Iya iya tunggu"
Tutt Tutt Tutt
Angel mematikan ponselnya. Ia mengambil tasnya dan mengunci kamarnya. Lalu ia segera menghampiri Zara.
Angel dengan cepat membuka pintu mobil Zara. Ia terlihat sedikit basah. Zara hanya menggeleng-gelengkan kepalanya melihat Angel yang sudah duduk di sampingnya.
"Kenapa?" tanya Angel heran.
"Udah tau hujan deras. Kenapa nggak pake payung keluar"
"Payung gue hilang di kampus"
"Kenapa nggak minjem sama teman kos lo?" tanya Zara dalam keadaan menyetir.
"Meli lagi sakit kayaknya dia masih tidur, nggak enak gue bangunin. Kak Putri lagi nyuci sambil dengerin lagu pake earphone, males ngomongnya. Reni nggak ada, dia lagi nginep di rumah temennya. Dan Sonya, lo pasti tau dia pelit, kalo gue pinjem payungnya ke depan dan gue suruh dia ambil lagi payungnya. Dih bakalan nggak mau, dia pasti ngomel" jawab Angel panjang lebar dan Zara hanya berkata "oh"
"Udah jelas kan?"
"Iyaiya bu. Hmm lagian sih dari awal kita ke jakarta, gue, bokap nyokap gue udah nawarin lo tinggal bareng. Eh lo nya nggak mau. Jadi ribet kan ngekos" ujar Zara sambil fokus menyetir.
Memang dari awal Angel dan Zara ingin ke Jakarta untuk melanjutkan kuliah, Zara menawarkan Angel untuk tinggal bersamanya. Saat orang tuanya mengetahui ia di terima di Universitas Pelita Jakarta, mereka langsung membelikan Zara rumah di Jakarta dan mereka juga ikut pindah. Zara memang selalu di manja oleh orang tuanya. Tetapi Angel menolak tawaran dari Zara dan orang tuangnya. Karena Angel ingin mandiri dan tidak tergantung terus dengan orang lain.
"Gue pengen mandiri Ra. Gue nggak mau nyusahin lo"
"Tapi kan kalo lo tinggal sama gue, lo nggak bayar kos lagi dan gaji lo di cafe sama uang dari orang tua lo bisa di tabung. Makan pagi, siang, malam udah sedia di rumah gue"
"Ra lo tau kan gue pengen mandiri. Jelas kan?"
"Hmm iyaiya. Angel yang dulu udah berubah. Dulu manja. Gue ajak kesini kesitu mau-mau aja. Dan Angel yang suka marah udah berubah atau nggak yah?"
"Gue udah maafin lo kok" ucap Angel sedikit terpaksa.
"Makasih loh hehe. Beneran Angel yang pemarah udah sedikit berubah. Dulu marahnya suka nggak jelas. Apalagi kalo marahin Devan" ujar Zara membuat Angel diam. "Eh jadi inget Devan. Lo nggak ada niat cari dia?" tanya Zara sambil melirik Angel.
Angel menatap Zara. "Ra gue kemarin ketemu Gavin"