Pagi hari yang sudah menampakkan cerahnya, dengan genangan air sebab hujan semalam. Chitta sudah berangkat ke sekolah, semalam ia tidak bisa tidur dengan nyenyak, karena suara gemuruh yang masih bergema semalam. Seperti membayangkan sesuatu yang begitu menyeramkan bagi hidupnya.
Tersisa 2 minggu lagi untuk Chitta menyelesaikan sekolahnya di SMA. Memang sangat tak terasa, lebih cepat lagi Chitta harus berpisah dengan teman-teman nya. Teman-temannya yang terbilang sedikit aneh, dengan canda dan tawa mereka yang terkadang tidak jelas, tetapi humor mereka yang juga sangat receh.
Bagi Chitta memiliki teman yang sama aneh nya itu menyenangkan, mereka akan tertawa juga ketika suatu hal yang dianggap mereka itu lucu tetapi biasa saja bagi orang lain.
Prihal dengan rambut Chitta yang di ombre, jangan pikir jika ia berlaku santai dan tidak mendapatkan teguran dari sekolah. Chitta sudah sering sekali mendapatkan teguran maupun ocehan dari sekolah, tetapi tetap tak di tanggapi oleh Chitta. Maka dari itu para guru pun merasa kewalahan untuk menegur nya dan membiarkannya saja.
Pelajaran sekolah telah berlalu, Chitta sudah terbiasa menunggu bus di halte depan sekolah nya untuk pulang. Sembari melamun melihat jalanan kota yang sudah ramai dengan kendaraan orang-orang kota, dan juga siang hari yang cukup terik.
Bus sudah terlihat dari sudut jalan sana, Chitta segera beranjak dan segera melambaikan tangannya untuk memberhentikan bus itu. Ternyata di dalam bus itu masih sepi, hanya ada beberapa manusia saja disana. Chitta memilih tempat duduk yang paling nyaman menurutnya, sekilas ia menoleh ke arah belakang dan mendapati seorang laki-laki yang sepertinya sedikit lebih tua dari nya.
Chitta membuka tas nya dan mengeluarkan buku harian bersampul hitam dengan tertera nama nya disana. Selain gemar bermain skateboard, Chitta gemar menulis hal yang tidak penting di buku harian nya itu. "Nulis apa ya". Gumam Chitta yang sedang memikirkan hal apa yang ingin ditulis nya, tidak ada cerita baru hari ini.