Cerita Cinta Cita

Dinda
Chapter #4

Kenapa Harus Keberatan?

Keesokan harinya sepeda motor Ibu, si Beti tiba-tiba mogok dan tidak bisa dipake. Ibupun langsung bergegas memberi tahu Cita supaya ia segera berangkat sekolah dengan mencari angkot supaya tidak terlambat.

Sudah beberapa waktu Cita menunggu di seberang jalan tapi angkot masih saja belum muncul juga, akhirnya Cita pun telat masuk ke sekolah.

"Bu bu bu, tolong jangan di tutup dulu," ucap Cita kepada bu guru pengawas.

"Cita, tumben kamu telat. "

"Iyaa bu itu saya naik angkot sekarang, tadi tukang angkotnya ga dateng-dateng," ucap Cita menjelaskan.

"Yaudah, tapi kamu tetap kena point' pelanggaran ya, sudah jam berapa ini sekarang," ucap bu BK yang waktu itu bertugas menjaga gerbang.

"Iya bu, gapapa, ini bukunya bu, maaf ya bu," ucap Cita sembari memberikan buku point' kedisiplinan kepada bu BK tersebut.

"Iyaa besok berangkatnya lebih pagi lagi ya, Cit. "

"Iyaa bu," pungkasnya.

Setelah mendapat surat pengurangan point (sebagai syarat masuk kelas) Cita berpamitan untuk masuk ke kelasnya.

Sesampai di kelas nampaknya semua orang terkejut, Cita yang hampir tidak pernah melakukan pelanggaran sekecil apapun tiba-tiba datang terlambat.

Bahkan ketika masuk kelas, Cita sudah melihat namanya tertulis di catatan absensi bahwa dia alpha, pak Budi yang waktu itu mengajar PPKN pun terkejut melihat kedatangan Cita "loh Cita telat, tumben sekali, tadi bapak kira tidak masuk," ucapnya.

"Iyaa pak, maaf ya pak, saya tadi nungguin angkot ga dateng-dateng," ucap Cita

"Iyaa gapapa, kamu naik angkot sekarang?" tanya pak Budi.

"Iyaa pak, soalnya sepedanya Ibu sering rewel sekarang, tadi sepedanya gabisa nyala," ucap Cita dengan nada yang sedikit sedih.

"Oh jadi begitu ya," ucap pak budi sambil menganggukkan kepala berusaha mencerna bagaimana keadaan Cita.

Sedang Cita rupanya tidak nyaman dengan sorot mata penghuni kelas yang sedang tertuju kepadanya itu, ia pun segera memberikan surat ijin masuk kelas tersebut kepada pak Budi dan meminta ijin untuk duduk di bangkunya.

Akhirnya pembelajaran pun kembali di mulai. Adrian nampak acuh tak acuh dengan persoalan Cita. Ia hanya melihat semua itu dengan raut muka datarnya.

***

Waktu pulang sekolah telah tiba setelah mengemasi seluruh peralatannya, Cita cepat cepat pamit kepada teman teman dan meninggalkan kelas, bergegas menuju depan gerbang dan menyebrang jalan untuk menunggu angkot pulangnya.

Sedang tanpa ia sadari, seseorang laki laki mengamatinya dari kejauhan.

Dia Adrian.

**

Sudah 3 hari berturut-turut Adrian melihat Cita yang selalu telat dan juga terburu-buru pulang di setiap harinya.

Hal itu membuat Adrian terasa jengah, sehingga malam harinya Adrian mengirim pesan kepada Cita.

"Cit, ini Adrian, aku ada sepeda cewek punya sodara, ga dipake, kebetulan dititipin di gudang rumah Akung. Daripada telat terus kamu pake aja sepedanya," ucap Adrian pada pesan teksnya kepada Cita.

"Waduh terimakasih banget Adrian, tapi aku gaenak jadinya ngerepotin nanti kalo sepedanya ada rusaknya gimana juga," balas Cita.

"Yaudah besok kalo telat lagi, sore sepulang ekskul aku anter ke rumah kamu sepedanya," ucap Adrian dengan singkat, padat dan jelas.

"Loh tapi... Aku gaenak, " Cita turut memberikan emoticon sedih di akhir pesannya.

"Aku pikir lebih gaenak kalo nanti point kedisplinanmu jadi merah terus kamu ga lulus sekolah," pungkas Adrian di pesan teksnya.

"Hmm kamu bener," balas cita masih dengan emoticon sedihnya.

"Kalo ditolongin itu dibales sama senyum dan terimakasih, bukannya balesnya sama ya ampun aku gaenak banget," Adrian juga menambahkan beberapa emoticon nangis di akhir pesannya seolah mengejek Cita.

"Iyaa maaf terima kasih ya paduka Adrian," balas Cita dengan memberikan emoji orang tertunduk dan juga emoji tersenyum.

Lihat selengkapnya