Cita menghampiri Ibu yang sudah menjemputnya di depan gerbang sekolah. Ia langsung memeluk ibu dengan matanya yang berkaca kaca karena menahan tangis itu.
“Cita, gapapa nak?” tanya Ibu.
“Ayo pulang Bu," ucap Cita dengan nada yang sendu.
***
Sesampai di rumah Cita segera membersihkan tubuhnya setelah selesai mandi Cita langsung mengambil wudhu untuk menunaikan shalat.
“Ibu, ada perlu buat nganter pesenan kah hari ini?”
“Gaada kok, nak. ”
“Cita shalat agak lama dulu ya, bu. ”
“Iya sayang. ”
Cita pun menuju kamarnya, menutup pintu dan menunaikan shalat di waktu itu. Seusai salam terakhirnya air mata Cita mengucur deras tanpa suara. Cita hanya terdiam, ia kebingungan, sedih, dan kecewa. Sesekali ia ia juga mengadu kepada Tuhannya
“Tuhan, sakit sekali ya....”
Kemudian ia kembali menangis dan termenung, sesekali merasa bodoh, seringkali menanyakan bahwa kenapa semua ini mesti terjadi begitu saja dan kenapa seolah dia tidak memiliki kendali apapun atas hal yang begitu menyakitinya ini.
Cukup lama Cita meluapkan segala apa yang ia rasakan, cukup lama Cita berbicara dengan Tuhannnya, hingga akhirnya ia pun memutuskan untuk kembali berdiri.
Cita mengambil nafas panjang, memohon ampun dan berkata, “tuhan, ternyata kebahagiaan sebesar itu juga bisa menciptakan luka sesakit ini juga ya. Cita minta maaf ya.”