Cerita Cinta Diandra

rina resti
Chapter #1

Pria Menyebalkan

Namaku Diandra. Usiaku 29 tahun, aku seorang Departemen Head Financial di perusahaan X. Jabatan mentereng, gaji lumayan, namun sayang aku masih belum menemukan jodoh hingga usiaku hampir mencapai kepala 3. Malam ini aku dan Jasmine ada reuni kecil-kecilan. Sebenarnya sih bukan reuni, karena memang setiap bulan kita pasti menyempatkan waktu buat ketemuan. By the way Jasmine itu sahabat aku semasa kuliah. Berparas ayu, baik, kalem, idaman lelaki banget. Cowok - cowok banyak yang ngantri buat daptein cinta nya Jasmine.

" Hai Jas, sorry kelamaan nunggu ya. Biasalah lagi banyak dateline neh." Kataku setengah tak enak hati pada Jasmine, pasalnya aku sudah telat hampir sejam.

"Santai aja kali Di. Gue mah tau Bu Bos pasti sibuk lah.'' Jawabnya seraya menggodaku

"Dihh ,lue mah selalu gitu. Sindirannya ngena banget.''

"Hahhaha.. gitu aja ngambek, Oh iya Di kenalin ini Reihan. Baru kemarin balik dari Surabaya.'' Reihan itu pacar baru Jasmine. hampir setiap hari yang diceritain Jasmine hanya Reihan dan Reihan.

''Hai gue Diandra'' kuulurkan tangan di depan Reihan.

''Reihan'' seraya membalas uluran tanganku.

" Loe mau pesan apa Di? Kita udah pesan duluan, gak apa apa kan?''

" Santai aja keles Jas, kok makanan kalian banyak banget gini. Kagak salah ni.'' Mereka hanya berdua, tetapi di meja terdapat 2 porsi beef steak, 1 tenderloin steak, 2 salad sayur, 1 chicken steak, 2 choco caramello, dan 1 avocado juice.

"Mbak'' panggil Diandra pada pelayan yang ber name tag Sari.

"Saya pesan Tenderloin steak 1 sama lemon tea 1 ya. Makasih mbak''.

"Baik bu, saya ulangi ya pesanannya tenderloin steak 1 sama lemon tea 1. Ada lagi bu?

"Gak mbak, itu sudah cukup. Terimakasih mbak Sari''.

"Sama sama bu. Mohon ditunggu.''

Aku beranjak hendak ke toilet. "Jas, gue ke toilet bentar ya.''

"Perlu teman gak Di'' kata Jasmine.

" Gak usah Jas, cuman ke toilet doang.''

Kulangkahkan kaki ke arah toilet, kuedarkan pandangan ke kiri dan kanan. Restoran ini sangat ramai meskipun di hari kerja begini. Gak heran, memang disini restoran yang paling nyaman di antara restoran yang lain, makanan nya enak dengan harga yang terjangkau, suasana nya romantis, ada live musik nya juga. Kita bisa request lagu apapun. Dulu tempat ini menjadi restoran faforitku dengan sang amntan. Tempat ini memberikan banyak kenangan manis dan pahit padaku. Tiba-tiba bruk, aku terkejut kala seseorang menahan lenganku.

''Lain kali hati-hati. Kalau jalan jangan sambil ngelamun. Untung ada gue, seenggaknya loe gak harus ngrasain dinginnya lantai''. Kulihat pria yang berdiri di hadapanku. Tampan, kulit sawo matang, alis tebal dengan rambut-rambut halus yang mulai tumbuh di sekitar dagu nya. Tapi sialnya mulut nya tanpa rem.

''Ih jadi orang sok banget ya. Gue juga ogah ditolong sama orang macem elu. kalo elu emang mau nolong itu yang ikhlas. Gak usah pakek ngedumel, lebih baik gue nyungsep sekalian dari pada dipegang orang macam elu.''

''Ni cewek udah ditolong gak ada terimakasih nya ya.''

''Minta terimakasih tuh sama tembok''. Kulewati pria tersebut dengan omelan yang tiada henti dariku. Suasana hatiku berubah buruk. Kurapikan sekilas make up dan rambutku yang sedikit berantakan. Setelah perasaanku lebih baik, aku kembali ke tempat Jasmin, pasti dia sudah menungguku.

''Neng, mukanya ditekuk amat, kenapa seh?''Jasmin membuka suara saat kududuk di sebelahnya tanpa menyadari adanya orang baru di meja kami.

''Biasa lah ketemu orang gila hormat di toilet.''

''Ya udahlah lupain aja, kita lagi have fun, muka nya jangan ditekuk gitu yess.

Lihat selengkapnya